Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Mana Ada Kamu, Di Situ Ada Aku

25 Oktober 2019   20:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:39 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asmara Garden. Photo dokumen pribadi by Ari

"Mas Gilang mau bantu aku bujuk Bunda untuk dapat ijin?" Tanyaku menebak. Dan aku dapat jawaban gelengan kepala. 

"Akan kubilang pada Bunda, kalau Tiara tidak sendiri di luar pulau. Akan kutemani." Sambil menatapku lekat dengan tatapan teduhnya seperti biasa saat kami bersama. Keberadaannya selaku memberi nyaman dan rasa tenang di hatiku. Aku mengerutkan keningku tanda masih tak paham.

"Mas Gilang akan bilang ke Bunda, kalau mas Gilang akan cari kerja di sini juga pasti Bunda  akan beri ijin dengan cepat karena ada yang menjagamu" tak terasa merona merah pipiku mendengar jawaban mas Gilang. 

"Mas Gilang ke mari dalam rangka apa? Mengunjungiku karena ambil cuti atau pas ada tugas kerjaan di daerah sekitar sini?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

 "Aku kerja di sini sekarang. Ada anak cabang perusahaanku yang buka cabang di kota tak jauh dari tempat ini. Atasanku mengijinkanku, jadi pindahlah aku"

Aku menatap mas Gilang tak percaya. Benarkah mas Gilang sampai rela meninggalkan pekerjaannya di kota bessr demi tinggal tak jauh dariku. Di luar pulau, di kota terpencil dekat dengan desa tempat aku melakukan penelitian. 

"Mas Gilang serius?" Masih tak percaya aku dengan jawaban mas Gilang. Sedalam itukah rasanya padaku sampai mengejarku di tempat nan jauh ini. Demi menjagaku. Hanya kudapati anggukan kepala. 

Aku tak tahu harus berkata apa. Kami saling diam sampai akhirnya "Bagaimana pekerjaanmu? Senang tinggal di sini?" Tanya mas Gilang memecahkan kesunyian.

"Baik mas. Aku senang dengan pekerjaanku. Berkutat sehari-hari dengan tanaman. Memberi aneka perlakuan yang tepat untuk menghasilkan bibit tanaman unggulan. Juga berusaha menumbuhkan dengan baik. Setidaknya menemukan faktor-faktor penting untuk menghasilkan kualitas pertumbuhan bibit terbaik. " Jika sudah bicara tanaman dan penelitian, aku memang sering panjang. Mas Gilang sangat tahu itu dan tersenyum saja mendengarkan kisahku. Dia tahu aku.

Tak terasa sudah 6 bulan aku tinggal di sini. Ada kalanya aku menangis ketika hasil penelitian buruk. Harus mengulang lagi dari awal. Mas Gilang selalu sabar dan setia mendengar keluh kesahku. Bahkan terus menyemangatiku untuk mencoba lagi dan tak boleh menyerah. 

Mas Gilang tak pernah sekalipun mengeluhkan pekerjaannya. Dia lebih suka banyak mendengarkan kisahku dan bagaimana menolongku menjalani hari-hari beratku. Bahkan mas Gilang pernah membawakanku bibit Anggrek cantik. Kata mas Gilang untuk kurawat saat sore hari pulang kerja. Sebagai selingan rutinitas harian. Aku menrimanya dengan senang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun