"Ri, aku sungguh-sungguh. Putri Bunga itu ya Sekar. Staf baru di kantormu itu. Dia hari ini bagi-bagi bunga seruni ke para staf kantor. Masing-masing dapat 1 tangkai. Kata dia bunganya di rjmah sedang mekar semuanya. Jadi dia potong bunga-bunga Seruninya dan bagikan ke teman-teman kerjanya. Katanya sih agar suasana kerja jadi lebih ceria"
Oh jadi dia berikan bunga ke semuanya. Bukan ke aku saja. Tapi mereka masing-masing hanya dapat satu tangkai. Kalau aku dapat satu vas. Berbarti dapat lebih banyak. Mulutku kembali terkunci mendengar semua kisah yang dituturkan sahabat dekatku ini. Dan lagi-lagi dia memanggilku pria tanpa suara karena keterkejutanku yang membuatku kembali terdiam.
Jam makan siang habis. Kami pun segera kembali ke kantor kami masing-masing. Saat masuk ruang kerjaku, aku dikejutkan kehadiran Sekar yang sudah siap dengan berkas-berkas administrasi baru. Sambil tersenyum sopan dia kembali menyapaku dan memberikan semua berkas yang sudah selesai dikerjakannya.Â
Aku hanya mengangguk dan menerina semua berkas itu. Sekar tiba-tiba bertanya di luar tema pekerjaan.Â
"Apakah pak Rian menyukai bunga Seruni ini? " tanya Sekar sambil menunjuk satu vas bunga seruni di mejaku.Â
Ini kesempatanku untuk bertanya tentang Putri Bunga padanya.Â
"Bunga Seruni mengingatkan saya pada seorang penulis puisi yang saya tak kenal nama. Hampir semua ilustrasi puisinya adalah gambar bunga seruni. Apakah kamu pernah baca juga?" kataku sedatar mungkin tanpa ekspresi. Lalu duduk di kursi kerjaku sambil memperhatikan reaksi pemberi bunga seruni di meja kerjaku.Â
"Pak Rian baca puisi itu di mana?" Tanya Sekar terkejut dan nampak gugup. "Apakah pak Rian menyukai puisi-puisi itu?" Lagi-lagi tanyaku dibalas dengan tanya yang lainnya oleh Sekar.Â
"Kau ini selalu menjawab pertanyaan saya dengan pertanyaan lainnya. Tidak bisakah kamu jawab saja? " lanjutku tanpa ada nada marah.Â
"Maaf Pak" Jawab Sekar. "Sa-saya pernah baca puisi-puisi dengan gambar bunga Seruni, tapi kenapa pak Rian menanyakan pada saya?" Selidik Sekar.Â
Ada kesal melanda. Aku yang seharusnya menyelidikinya malah ini sepertinya kebalikannya. Dia memberikan pertanyaan menyelidik. Tapi rasa penasaranku membuatku menahan diri.Â