Andi tak pakai lama menyetir, sudah sampai saja di depan rumahnya.Â
"Kalian pindah tinggal di kota ini sudah berapa lama?" Kagumku melihat halaman rumah Andi yang penuh dengan bunga.
"Sudah setahun lalu" Jawab Andi datar.
Persis sama dengan rumah masa kecil kami di kota asal kami. Meski berbeda bentuk rumah, namun yang mengisi halaman depan rumah hingga belakang, masih sama.Â
Ada bunga mawar, kenikir, pukul empat, pacar air, lily, amarilys, Zinnia dan aneka bunga lainnya. Pun ada pohon mangga dan jambu air di samping rumah. Sungguh asri, sejuk dan dingin.
"Bunga, Tante Asri kangen sekali" pelukan hangat tante Asri membuatku langsung ingat pelukan mama. Sangat hangat penuh kasih. Masih kikuk aku dengan pertemuan pertama setelah dua puluh tahun.Â
Om Roni menepuk bahuku sambil tersenyum dan berbisik
"Kau tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik, persis sekali mendiang Sekar"
Mawar, adik Andi langsung memelukku.
"Kak Bunga, aku senang sekali bertemu lagi."
Mawar memang sudah bertemu denganku saat ultahku bulan lalu. Aku membalas pelukannya. Memeluk Mawar tak canggung bagiku karena kami sudah pernah bertemu.