"Terimakasih. Bagaimana pekerjaanmu?"
Andi menunjuk ke arah kursi depan kos.
"Boleh duduk?"
Kami tertawa, lupa aku menyuruhnya duduk. Kutinggalkan sejenak Andi di ruang depan. Saat kembali, kubawakan jus jeruk kesukaan kami di masa kecil.Â
Andi mulai berkisah perjalanannya selama seminggu di kota bunga. Menjalankan pekerjaan sebagai ahli hukum. Andi sejak dulu selalu ingin menegakkan kebenaran layaknya super hero. Entah mengapa di saat dewasa, dia memilih menjadi ahli hukum. Mungkin menyalurkan minat masa kecilnya.Â
Ku kira dia akan jadi dokter. Saat kecil, dia selalu telaten merawat kakiku yang sering lecet karena jatuh saat berlarian mengejar kupu-kupu di atara bunga-bunga.Â
"Ku kira kau akan jadi dokter yang hebat, Baja Hitam?" Kataku setiap kali selesai diobati lukanya, sambil meringis perih karena sentuhan obat pada luka.Â
Andi tertawa dan menjawabku, "Aku mau jadi penegak kebenaran seperti Ksatria Baja Hitam"Â
Tak menyangka, dua puluh tahun kemudian, dia sungguh jadi seorang penegak hukum.Â
...
Sepulang menjemputku dari kampus, usai kuliah, Andi memasang raut muka serius sembari menyetir sedan hitamnya.