Sepersekian detik kemudian, spontan aku menoleh ke belakang.
"Astaga."
Tidak ada apa-apa. Aku jauhkan pandangan sampai ke batas penglihatan di ujung jalan. Juga tidak terlihat apapun.
Tidak terlihat ada cahaya lampu kendaraan. Suasana kembali sepi. Hanya kami sendirian di pinggiran belantara itu. Aku lirik jam di speedo meter mobil, sudah mendekati tengah malam.
'Kemana truk tadi?'
Seharusnya, setelah aku membanting setir tadi, truk itu tentu terus melaju. Atau juga ikut berhenti kalau memang tujuannya mengincar kami. Namun, kenyataannya tidak. Truk itu mendadak hilang.
Seperti kehadirannya tadi yang tiba-tiba saja muncul di belakang kami, sekarang lenyapnya juga tiba-tiba.
Dalam kekalutan dan nafas yang masih memburu karena baru saja nyaris celaka, aku coba menganalisa, apa yang sebenarnya barusan kami alami.
Benarkah tadi itu ada truk yang mau menabrak? Kalau iya, mana truk itu sekarang? Kenapa tiba-tiba hilang? Truk silumankah?
Atau, sebenarnya memang tidak ada apa-apa? Hanya aku saja yang sedang dikuasai halusinasi karena sedang dicekam rasa takut? Jika benar demikian, alangkah ngerinya. Kami satu mobil nyaris celaka hanya karena halusinasiku. Ah, entahlah. Aku benar-benar tidak mampu lagi berfikir waras.
Bersaamaan dengan itu, karena mobil yang bergetar hebat saat keluar dari badan jalan tadi, membuat istri terbangun dari tidurnya.