Di tengah rasa takut dan kalut, aku berusaha tetap berpikir tenang. Aku harus segera mengambil tindakan. Sebelum Arumi benar-benar bangun
Tak ada jalan lain, aku memutuskan akan keluar. Melihat, siapa sebenarnya yang mengetuk pintu itu.
Aku beranikan diri. Sambil merapalkan doa, aku berjalan ke luar kamar.
Di luar sangat gelap. Aku terus menuju pintu belakang dengan detak jantung tidak beraturan karena berusaha melawan rasa takut.
Tok.. tok.. tok..
Kira-kira dua meter menjelang sampai di pintu, suara ketukan itu kembali terdengar.
Aku terperanjat dan sontak menghentikan langkah.
Aku kembali ragu melanjutkan langkah. Tapi, kepalang basah. Aku kumpulkan lagi nyali dan terus melangkah.
Persis di dekat pintu, aku singkapkan sedikit gorden jendela kaca dan mengintip keluar.
Dari balik kaca, dengan jantung berdegup kencang, aku arahkan pandangan ke depan pintu. Namun, tidak terlihat ada siapa-siapa. Aku edarkan pandangan agak jauh ke sekitar. Juga tidak terlihat ada apa-apa. Hanya bias sisa purnama terlihat menyelimuti malam.
Aku tetap berdiri beberapa saat di sana. Menunggu kalau-kalau ada suara ketukan lagi. Sekitar tiga menit menunggu, ternyata tidak ada lagi suara ketukan.