Menurut beberapa informasi, para "wanita nakal" saat itu mayoritas didominasi oleh perempuan lokal, yang memang berusaha dengan sengaja menarik syahwat dari para pria etnis Tionghoa.
Bahkan, jejak lokalisasi terus mengakar hingga Kalijodo berubah menjadi tempat prostitusi sesungguhnya dan jauh lebih kelam sejak Kramat Tunggak ditutup.
Penertiban Kalijodo untuk Ruang Terbuka Hijau
Aksi berantas prostitusi di lokasi Kalijodo pertama kali di suarakan oleh salah satu ormas Islam, yakni FPI pada tahun 2007 silam.
Bahkan, berkali-kali anggota FPI mendatangi lokasi hingga terlibat bentrok dengan preman yang bertugas mengamankan lokasi esek-esek Kalijodo. Sampai akhirnya, kedua belah pihak harus dibawa ke Polres Jakarta Barat.
Setelah itu, pemerintah baru bergerak melakukan penertiban di lokasi Kalijodo pada tahun 2014 dengan alasan pembenahan jalur hijau. Sayangnya, niat tersebut harus tertunda sementara karena menunggu penertiban dikawasan Waduk Pluit selesai.
Penertiban kawasan dunia hitam akhirnya tejadi pada tahun 2016. Kecelakaan Toyota Fortune akibat minuman keras usai pulang dari Kalijodo dimanfaatkan oleh Pemprov DKI Jakarta, sebagai momentum sapu bersih lokasi prostitusi.
Pada tanggal 29 Februari 2016, penduduk Kalijodo terpaksa harus direlokasi dengan melibatkan 2500 personel Satpol PP yang didukung oleh 5000 personel Polri dan 400 anggota TNI dan Alhamdulillah proses penertiban berlangsung lancar.
Wajah Baru Kalijodo
Setelah ditertibkan, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melakukan pembangunan di lokasi kawasan Kalijodo sebagai Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) hingga akhirnya sukses di resmikan pada tahun 2017.
Wajah Kalijodo 180 drajat berubah total dari hitam ke hijau dengan beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat Ibu Kota. Selain RPTRA, Kalijodo juga memiliki arena skate park dan trek BMX kelas dunia.