Mohon tunggu...
Arfa Gandhi
Arfa Gandhi Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalistik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.kompasiana.com/arfa18 Berkarya itu bahagia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejuta Kisah Kelam di Ruang Terbuka Hijau Kalijodo

2 Agustus 2024   11:01 Diperbarui: 2 Agustus 2024   11:23 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peresmian Ruang Terbuka Hijau Kalijodo tahun 2017 / Foto: Arf18

Jika berbicara soal ruang terbuka hijau di Jakarta, tentu banyak orang yang masih teringat dengan kehidupan kelam di kawasan hitam Kalijodo.

Lokasi berjuluk "Jakarta Kecil yang Tak Pernah Tidur" karena maraknya praktek prostitusi hingga perjudian, sebelum di sikat habis oleh pemerintah pada tahun 2016 silam.

Wajah baru dengan tatanan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) saat ini memang sudah menghiasi lokasi Kalijodo yang sebelumnya diresmikan pada tahun 2017 oleh Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Tetapi taukah kalian sejarah awal mula berdirinya Kalijodo, hingga menjadi kawasan dunia hitam dan akhirnya menjelma sebagai ruang terbuka hijau ?

Sejarah Awal Mula Kalijodo

Kalijodo awalnya merupakan salah satu lokasi yang digunakan sebagai tempat perayaan budaya Tionghoa bernama Peh Cun atau Pesta Air, yakni perayaan hari keseratus dalam kalender imlek.

Perayaan budaya pesta air ini diikuti oleh para kaum muda-mudi, dimana laki-laki dan perempuan menaiki perahu yang berbeda melintasi kali Angke.

Jika laki-laki senang dengan seorang perempuan yang berada di perahu lainnya, Ia akan melempar kue yang bernama Tiong Cu Pia. Begitu juga sebaliknya, jika perempuan menerima, Ia akan melempar balik kue yang serupa. Tradisi disebut sebagai ajang mencari jodoh sehingga dari sinilah tercipta nama Kali Jodoh.

Sejarah Awal Terjadinya Dunia Hitam di Kalijodo

Menurut versi lainnya, Kalijodo pada awalnya memang sudah menjadi lokasi prostitusi sejak tahun 1600an. Kala itu banyak orang Manchuria yang melakukan pelarian ke Batavia untuk mencari istri sementara.

Menurut beberapa informasi, para "wanita nakal" saat itu mayoritas didominasi oleh perempuan lokal, yang memang berusaha dengan sengaja menarik syahwat dari para pria etnis Tionghoa.

Bahkan, jejak lokalisasi terus mengakar hingga Kalijodo berubah menjadi tempat prostitusi sesungguhnya dan jauh lebih kelam sejak Kramat Tunggak ditutup.

Penertiban Kalijodo untuk Ruang Terbuka Hijau

Aksi berantas prostitusi di lokasi Kalijodo pertama kali di suarakan oleh salah satu ormas Islam, yakni FPI pada tahun 2007 silam.

Bahkan, berkali-kali anggota FPI mendatangi lokasi hingga terlibat bentrok dengan preman yang bertugas mengamankan lokasi esek-esek Kalijodo. Sampai akhirnya, kedua belah pihak harus dibawa ke Polres Jakarta Barat.

Setelah itu, pemerintah baru bergerak melakukan penertiban di lokasi Kalijodo pada tahun 2014 dengan alasan pembenahan jalur hijau. Sayangnya, niat tersebut harus tertunda sementara karena menunggu penertiban dikawasan Waduk Pluit selesai.

Penertiban kawasan dunia hitam akhirnya tejadi pada tahun 2016. Kecelakaan Toyota Fortune akibat minuman keras usai pulang dari Kalijodo dimanfaatkan oleh Pemprov DKI Jakarta, sebagai momentum sapu bersih lokasi prostitusi.

Pada tanggal 29 Februari 2016, penduduk Kalijodo terpaksa harus direlokasi dengan melibatkan 2500 personel Satpol PP yang didukung oleh 5000 personel Polri dan 400 anggota TNI dan Alhamdulillah proses penertiban berlangsung lancar.

Wajah Baru Kalijodo

Setelah ditertibkan, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melakukan pembangunan di lokasi kawasan Kalijodo sebagai Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) hingga akhirnya sukses di resmikan pada tahun 2017.

Wajah Kalijodo 180 drajat berubah total dari hitam ke hijau dengan beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat Ibu Kota. Selain RPTRA, Kalijodo juga memiliki arena skate park dan trek BMX kelas dunia.

Tak hanya itu saja, RTH Kalijodo dilengkapi dengan beberapa sarana publik lainnya, yakni jogging track, lapangan futsal mini, tempat fitnes, ruang serbaguna outdoor, musholla hingga toilet umum.

Sayangnya pada tahun 2023 lalu, kondisi RTH Kalijodo sangat memprihatinkan dan terlihat mulai kusam. Banyak tembok yang sudah retak hingga bagian atap Aula RPTRA Kalijodo bocor saat diguyur hujan.

Mirisnya kondisi RTH Kalijodo kala itu juga menjadi perbincangan hangat di media sosial, hingga akhirnya Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta harus mengeluarkan anggaran renovasi sekitar Rp1,7 miliar.

Renovasi tersebut juga membuat wajah Kalijodo kembali terlihat berseri hingga ramai dikunjungi oleh para warga penghuni Ibu Kota.

Akan tetapi keluhan kembali terjadi. Banyak warga yang mengeluhkan adanya dugaan praktik pungutan liar atau pungli di Jalan Kepanduan II yang merupakan lokasi area masuk Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo.

Jalan Kepanduan II merupakan jalur alternatif dari arah Teluk Gong, Jakarta Utara menuju ke Tambora, Jakarta Barat. Namun, untuk melewati lokasi tersebut warga harus membayar Rp 5 ribu untuk motor dan Rp 10 ribu untuk mobil.

Warga mengeluhkan setiap kendaraan yang melintas menggunakan motor harus membayar sebesar Rp 5 ribu dan untuk mobil sekitar Rp 10 ribu.

Lokasi ini juga dimanfaatkan oleh oknum sebagai tempat parkir liar kendaraan dari para pengunjung RPTRA Kalijodo. Jadi baik yang melintas maupun parkir diwajibkan untuk membayar karcis jika tidak portalnya tak akan dibuka bakan warga juga dilarang untuk melintas.

Tentunya hal ini sangat meresahkan. Banyak juga warga yang berharap masalah pungli di lokasi RTH Kalijodo ini menjadi perhatian serius bagi Pemprov DKI Jakarta dan pihak kepolisian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun