Jika berbicara soal ruang terbuka hijau di Jakarta, tentu banyak orang yang masih teringat dengan kehidupan kelam di kawasan hitam Kalijodo.
Lokasi berjuluk "Jakarta Kecil yang Tak Pernah Tidur" karena maraknya praktek prostitusi hingga perjudian, sebelum di sikat habis oleh pemerintah pada tahun 2016 silam.
Wajah baru dengan tatanan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) saat ini memang sudah menghiasi lokasi Kalijodo yang sebelumnya diresmikan pada tahun 2017 oleh Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Tetapi taukah kalian sejarah awal mula berdirinya Kalijodo, hingga menjadi kawasan dunia hitam dan akhirnya menjelma sebagai ruang terbuka hijau ?
Sejarah Awal Mula Kalijodo
Kalijodo awalnya merupakan salah satu lokasi yang digunakan sebagai tempat perayaan budaya Tionghoa bernama Peh Cun atau Pesta Air, yakni perayaan hari keseratus dalam kalender imlek.
Perayaan budaya pesta air ini diikuti oleh para kaum muda-mudi, dimana laki-laki dan perempuan menaiki perahu yang berbeda melintasi kali Angke.
Jika laki-laki senang dengan seorang perempuan yang berada di perahu lainnya, Ia akan melempar kue yang bernama Tiong Cu Pia. Begitu juga sebaliknya, jika perempuan menerima, Ia akan melempar balik kue yang serupa. Tradisi disebut sebagai ajang mencari jodoh sehingga dari sinilah tercipta nama Kali Jodoh.
Sejarah Awal Terjadinya Dunia Hitam di Kalijodo
Menurut versi lainnya, Kalijodo pada awalnya memang sudah menjadi lokasi prostitusi sejak tahun 1600an. Kala itu banyak orang Manchuria yang melakukan pelarian ke Batavia untuk mencari istri sementara.