"Mau pesan apa, Neng?" tanya Bapak pemilik tenda memecah keheningan.
"Teh manis hangat boleh, Pak." jawabnya. "Dua ya, Pak." lanjutnya lagi.
Aku menoleh ke arahnya, dia hanya cekikian.Â
"Buat siapa satu lagi?" tanyaku mengernyitkan dahi.
"Siapa lagi?"
"Hmm.. tadi aku udah nawarin teh juga kan? Tapi kamu nolak. Terus, kenapa saat bapak penjual yang nanya kamu cepet banget pesennya?"
"Karena dia penjualnya, dan aku ngga tahu maksud pertanyaanmu tadi apa."
Baru hendak membuka mulutku, si bapak penjual sudah meletakkan tehnya di atas meja. Lalu dia menarikku untuk duduk di samping meja itu.
"Kenapa kamu nggak nanya aku siapa? Kelas berapa? Tinggal dimana? Atau apa lah yang bisa kamu tanya."
"Memang penting?" Tanyanya yang kemudian terkekeh.
Dia menyeruput teh hangatnya dengan pelan-pelan. Lalu mengambil pisang goreng di wadah yang baru saja diangkat dari penggorengan.