Materi kepemimpinan murid sangat penting dipelajari. Hal ini agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, sehingga kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Alhasil, potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Faktor lingkungan menjadi salah satu kunci dalam manifestasi kepemimpinan murid dan program-program sekolah pendukungnya. Disadur dari Noble, T. & H. McGrath (2016), faktor-faktor lingkungan ini akan memberikan efek pada diri seorang guru, antara lain;
- Menstimulus pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif;
- Mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif;
- Melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan pendidikan;
- Melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri dan sekitarnya;
- Membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan;
- Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif;
- Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh.
Komunitas adalah salah satu ihwal yang bisa mendukung berjalannya proses pendidikan di sekolah bagi murid, termasuk mewujudkan kepemimpinan murid dan program-program realisasinya. Sebagai pusat dari proses pendidikan, murid ini sebenarnya 'berada' dalam lintas komunitas. Mereka dapat berada sekaligus pada: a) komunitas keluarga; b) komunitas kelas dan antar kelas; c) komunitas sekolah; d) komunitas sekitar sekolah; e) komunitas yang lebih luas. Pentingnya melibatkan komunitas ini yaitu untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid agar mewujudkan program sekolah yang berdampak positif bagi murid.
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Dalam pembelajaran dan praktik tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid ini, penulis merasakan berbagai emosi yang bervariatif setelah mendengarkan curahan (suara dan pilihan) murid dengan RASA, yaitu Receive (menerima), Appreciate (mengapresiasi), Summary (merangkum) dan Ask (bertanya). Secara umum, penulis merasakan kebahagiaan, semangat perubahan, dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena bisa menambah pengetahuan dan wawasan baru dalam meningkatkan kompetensi keguruan untuk perbaikan mutu di satuan pendidikan.
Sebenarnya, ada perasaan khawatir pula dalam pembelajaran di modul 3.3 ini. Kekhawatiran ini yaitu jika tidak tersalur sepenuhnya dari aspirasi murid, tidak keterlaksanaannya program di sekolah, serta apakah akan berdampak positif pada murid. Namun penulis tetap optimis bahwa ketika menerapkan praktik coaching ini murid dan kolaborasi dengan warga sekolah, tentunya ini akan menjadi pengalaman baru ketika seorang Guru Penggerak benar-benar menjadi coach dan figur pengelola program yang berdampak positif pada murid.
3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Pada realitanya, pengelolaan program yang berdampak pada murid ini sudah pernah penulis terapkan di sekolah. Pada kondisi ini, penulis pernah dalam posisi sebagai pembina bola basket, wali kelas, pembina paskibraka sekolah, dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Yang sudah baik dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid ini, yaitu sebagian pengelolaan program sekolah sudah memperhatikan aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid. Namun guru masih dominan dalam pengelola program, sehingga aspek kepemilikan murid akan program tersebut masih dinilai belum tercapai.
Untuk keberlanjutannya dalam proses belajar mandiri terkait pengelolaan program yang berdampak pada murid, esensi materi-materi yang disampaikan pada pembelajaran di modul 3.3 ini telah penulis pahami. Terutama ketika berbicara 3 aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program murid, yakni suara, pilihan, dan kepemilikan murid. Kemudian, ada pula empat sifat inti dari human agency atau student agency ini, yang disingkat IVAR. Tidak hanya itu, faktor lingkungan juga menjadi ihwal penting untuk membuat sekolah menjadi komunitas yang memiliki tujuan Indonesia Emas 2045, yakni Profil Pelajar Pancasila.
Beberapa hal yang penulis sebutkan ini telah menjadi persiapan perbaikan pembuatan dan pengelolaan program bagi penulis selanjutnya. Sehingga dengan adanya bekal ini, program yang akan dilaksanakan sekolah nantinya akan lebih berdampak positif bagi murid dan mempertimbangkan kebutuhan belajar mereka.
4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Dalam keterlibatan diri dalam proses belajar di modul 3.3 ini, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Pertama, terkait refleksi pribadi penulis dengan kehadiran penuh (mindfulness) dalam pembelajaran (penugasan). Hal ini penulis sadari karena ada beberapa pekerjaan atau aktivitas lain yang penulis ikuti yang juga bersamaan dengan aktivitas PGP ini. Sehingga penulis berusaha untuk memanajemen dan membagi fokus namun tetap mindfulness dengan pembelajaran dan tetap mengumpulkan tugas sebelum deadline.
Namun dari segi proses pembelajaran, penulis perlu memperbaiki program penulis sendiri dengan perencanaan program yang lebih banyak melibatkan murid. Penulis menyadari bahwa program yang ada di sekolah dan penulis buat sebelumnya rerata bersifat satu arah, yaitu hanya dari guru atau kepala sekolah. Sehingga ihwal ini mengurangi kepemilikan program secara bersama-sama. Alhasil, murid hanya akan melakukan program jika ada instruksi dari guru. Alur pembelajaran di Ruang Kolaborasi banyak memberikan perbaikan pola pikir ini.
5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Pembelajaran modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid membuat penulis merasa lebih baik. Hampir seluruh kompetensi sebagai pendidik meningkat setelah melakukan pembelajaran ini yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Karena perencanaan dan praktik program pada modul 3.3 ini melatih penulis menjadi lebih dewasa secara kepribadian, yang dipantik oleh mendengarkan (mengidentifikasi) dan mengevaluasi program-program sekolah sebelumnya bersama peserta didik. Dalam hal ini, penulis berperan sebagai coach dan mempraktikkan proses coaching.