Menangis ketika menonton drama Korea, Sebel ketika menonton sinetron, Geram melihat berita politik. Itu semua adalah kumpulan pengalaman parasosial, pengalaman ketika kita mengkonsumsi media, sehingga kita bisa merasa terikat dan melakukan interaksi, meski hanya satu arah dan tak berbalas.Â
Parasosial berfokus pada intensitas mengonsumsi media dari audiens terhadap figur media (sosok) maupun persona media (apa yang ditampilkan di media, apa yang kamu rasa dan pikirkan dari yang kamu lihat), yang akan memunculkan keterikatan (attachment), interaksi (interaction), pengalaman (exprience), bahkan hubungan (relationship).Â
Makanya tak jarang banyak istilah-istilah parasosial yang muncul, karena begitu luasnya konsep ini. Seperti interaksi parasosial (parasocial interaction), hubungan parasosial (parasocial relationship), keterikatan parasosial (parasocial attachment), pengalaman parasosial (parasocial experience) dan masih banyak lagi.Â
Namun di Indonesia, interaksi parasosial dan hubungan parasosial cukup sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan media dan penggemar.Â
Tetapi jika melihat adanya yang hal yang rancu dalam menjelaskan konsep tersebut di Indonesia, dalam beberapa penelitian, interaksi parasosial dan hubungan parasosial malah jadi bersinggungan dan terkesan sama.Â
Contohnya peneliti terkadang terjebak pada definisi interaksi parasosial yang mengaitkan hubungan interpersonal khayalan antara audiens dan figur media, sedang dalam definisi hubungan parasosial menyelipkan kata interaksi pada penjelasannya.Â
Sehingga hal ini membuat bingung dan beberapa jurnal atau peneliti yang saya lihat di Indonesia mengubahnya menjadi parasosial atau perilaku parasosial.Â
Karena dalam interaksi parasosial audiens merasa bisa menjadi jalan untuk terhubung dengan figur media. Di sisi lain dalam hubungan parasosial, kita bisa tetap melakukan interaksi. Sehingga lebih baik digabungkan saja.Â
Namun ada juga yang lebih memilih konsep atau istilah hubungan parasosial, karena hubungan parasosial bisa menjelaskan gambaran interaksi apa saja yang diberikan audiens atau penggemar kepada figur media idolanya serta tingkat keterikatan antara penggemar dan figur media.Â
Baca juga: Stereotyping Wanita Penggemar K-Pop di Platform Instagram
Sedangkan interaksi parasosial dirasa kurang lengkap, karena audiens yang berinteraksi dengan figur media belum tentu memiliki suatu hubungan. Contohnya orang tertawa melihat tingkah laku lucu dan menggemaskan dari figur media, bukan berarti ia adalah seorang penggemar dan memiliki hubungan dengan figur media tersebut, tapi karena momen (persona media) yang dilihat saat itu memang membuat ia tertawa.Â