Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : ruangkara.id

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Senandung Rindu di Langit Senja (Bagian Kedua)

18 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 18 Februari 2024   07:07 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Laras menggenggam erat surat Riana di tangannya. Air matanya kembali mengalir, membasahi surat tersebut. Dia membaca kembali pengakuan Riana, berusaha memahami setiap kata yang tertuang di dalamnya.

Rasa sakit dan amarah berkecamuk di dalam hatinya. Dia ingin menjerit, ingin marah-marah, ingin menghancurkan semua yang ada di sekitarnya.

Namun, dia tahu dia tidak bisa. Dia harus tetap tenang. Dia harus mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini.

Laras menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dia menyeka air matanya dan menatap ke depan. Dia harus kuat. Dia harus mencari jawaban.

Dia bangkit dari bangku taman dan mulai berjalan. Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi, tapi dia tahu dia harus terus melangkah. Dia harus mencari jawaban atas semua pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.

Ia menghabiskan malam itu dengan berlinang air mata. Pertempuran batin berkecamuk di dalam hatinya. Rasa sakit dan amarah beradu dengan cinta dan kasih sayang. Di satu sisi, dia ingin mencaci maki Bima, menuntut penjelasan atas pengkhianatannya. Di sisi lain, dia masih mencintai Bima, dan tak ingin kehilangannya.

Keesokan paginya, Laras bangun dengan mata sembab dan wajah pucat. Dia menatap Bima yang masih terlelap di sampingnya. Perasaan cinta dan benci bercampur aduk dalam hatinya.

Dia ingin membangunkan Bima, menanyakan tentang perselingkuhannya dengan Riana. Dia ingin tahu semua tentang wanita itu, tentang anak perempuan mereka.

Namun, dia tak berani. Dia takut jawaban Bima akan menghancurkannya sepenuhnya. Dia takut kehilangan Bima, meskipun dia tahu Bima telah mengkhianatinya.

Laras memutuskan untuk diam. Dia memilih untuk menyembunyikan rasa sakitnya, demi mempertahankan pernikahannya. Dia berharap, suatu hari nanti, Bima akan sadar dan kembali mencintainya sepenuh hati.

Hari-hari berikutnya terasa bagaikan mimpi buruk bagi Laras. Dia hidup dalam kebohongan, berpura-pura bahagia di depan Bima. Dia menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun