Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Roman Artikel Utama

Senandung Rindu di Langit Senja (Bagian Pertama)

15 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 3 Maret 2024   17:23 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senandung Rindu Berubah Menjadi Kegundahan

Beberapa tahun setelah pernikahan mereka, Laras dan Bima dikaruniai dua orang anak yang cantik dan menggemaskan. Kehidupan mereka tampak sempurna di mata orang lain. 

Bima yang dulunya romantis dan penuh perhatian, kini terlihat dingin dan semakin pendiam. Rasa bersalah atas masa lalunya kembali menghantui Bima. Dia merasa tidak pantas mendapatkan kebahagiaan ini. Perlahan, dia menarik diri dari Laras dan anak-anaknya.

Laras merasakan perubahan pada Bima. Dia mencoba menjangkau suaminya, menanyakan apa yang salah, tapi Bima selalu menutup diri. Rasa frustrasi dan kesedihan mulai menggerogoti hati Laras.

Suatu hari, Laras menemukan buku harian Bima yang tertinggal di atas meja. Dia membuka buku itu dengan rasa penasaran dan menemukan curahan hati Bima tentang masa lalunya. Bima menceritakan tentang gadis impiannya yang dia tinggalkan demi mengejar karier di luar negeri. Gadis itu bernama Riana, dan Laras tercengang saat menyadari bahwa Riana adalah sahabatnya sendiri.

Laras dilanda kegalauan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia mencintai Bima, tapi dia juga tidak ingin menyakiti sahabatnya. Dia terjebak dalam situasi yang rumit, di antara cinta dan persahabatan.

Laras memutuskan untuk menemui Riana. Dia menceritakan tentang isi buku harian Bima dan perasaannya sendiri. Riana yang bijaksana mendengarkan dengan penuh perhatian. Dia tidak menyalahkan Bima, dan dia juga tidak ingin merusak kebahagiaan Laras.

Riana menyarankan agar Laras berbicara dengan Bima. Dia harus jujur tentang apa yang dia rasakan dan mencari solusi bersama. Laras mengikuti saran Riana. Dia memberanikan diri untuk berbicara dengan Bima tentang isi buku hariannya.

Bima yang terpojok akhirnya mengakui perasaannya. Dia masih mencintai Riana, tapi dia juga tidak ingin kehilangan Laras dan anak-anaknya. Dia diliputi rasa bersalah dan kebingungan.

Ketiganya terjebak dalam situasi yang rumit. Cinta, persahabatan, dan rasa bersalah terjalin menjadi benang kusut yang sulit diurai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun