Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Roman Artikel Utama

Senandung Rindu di Langit Senja (Bagian Pertama)

15 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 3 Maret 2024   17:23 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senja. (Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya)

Beberapa hari berikutnya, Laras dan Bima sering berkomunikasi. Mereka saling berbagi cerita tentang kehidupan mereka saat ini, tentang mimpi dan harapan mereka untuk masa depan. Perlahan, rasa saling percaya dan pengertian mulai tumbuh di antara mereka.

Suatu hari, Bima mengajak Laras untuk mengunjungi tempat-tempat favorit mereka di masa lalu. Di taman kecil tempat mereka pertama kali bertemu, Bima memberikan Laras sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati. Liontin itu melambangkan cinta mereka yang tak pernah mati, meskipun sempat terluka dan terpisahkan oleh waktu.

Laras menerima kalung itu dengan mata berkaca-kaca. Di taman itu, mereka berdua berjanji untuk saling terbuka dan berkomunikasi dengan lebih baik. Mereka berjanji untuk tidak saling meninggalkan lagi, apapun yang terjadi.

**

Seiring berjalannya waktu, Laras dan Bima semakin yakin bahwa mereka ditakdirkan untuk bersama. Cinta mereka yang kedua kali ini terasa lebih kuat dan lebih dewasa. Mereka belajar untuk saling memaafkan dan melupakan luka masa lalu.

Bima memutuskan untuk pindah kembali ke Indonesia dan bekerja di sebuah perusahaan teknologi di Jakarta. Dia ingin dekat dengan Laras dan membangun kehidupan baru bersama.

**

Dua tahun setelah reuni mereka, Bima melamar Laras untuk menikah. Di bawah langit senja yang indah, di tempat yang sama di mana mereka pertama kali bertemu, Bima melontarkan pertanyaan yang paling ditunggu-tunggu Laras.

Dengan penuh kebahagiaan, Laras menerima lamarannya. Air mata haru mengalir di pipinya saat dia membayangkan masa depan yang indah bersama Bima.

Pernikahan mereka berlangsung sederhana namun penuh makna. Diiringi senandung rindu yang kini berubah menjadi bahagia, mereka berdua memulai babak baru dalam hidup mereka. 

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun