Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Sang Pustaka

13 Februari 2024   06:00 Diperbarui: 13 Februari 2024   06:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Elegi Lembaran Ilmu

Kertas putih, tinta hitam, terukir kata-kata indah,

Menyapa jiwa, membangkitkan rasa, di setiap halaman yang terjamah.

Buku, jendela dunia, membuka gerbang pengetahuan,

Menjelajahi lorong waktu, menapaki jejak peradaban.

Kisah-kisah terukir di lembaran tipis,

Menerbangkan imajinasi, menembus batas mimpi.

Dari fiksi yang memesona, hingga fakta yang nyata,

Buku, sumber ilmu, pencerah jiwa.

Aroma kertas tua, membangkitkan nostalgia,

Kenangan masa kecil, terbenam dalam cerita.

Buku, sahabat setia, menemani di kala sepi,

Menawarkan hiburan, mengusir rasa sunyi.

Di setiap lembarnya, tersimpan petualangan baru,

Menanti untuk digali, membuka cakrawala ilmu.

Buku, jendela dunia, kunci gerbang pengetahuan,

Harta karun tak ternilai, warisan budaya yang berharga.

Mari jaga dan lestarikan, warisan ilmu ini,

Agar generasi penerus, terus terinspirasi.

Teman di Balik Sampul

Bukan sekadar kertas dengan guratan kata,

Kau lebih dari itu, kawan setia tanpa suara.

Sampul kusammu bagai pintu usang,

Menawarkan pelarian menuju dunia yang lain dan lapang.

Pahlawan dan penjahat bertikai di genggaman,

Naga raksasa dan harta tersembunyi dalam lamunan.

Halaman demi halaman kudatangi dengan suka cita,

Mengukir cerita di lubuk jiwa yang dahaga.

Kau selalu menanti dengan setia, tanpa menghakimi,

Di ruang sunyi kamar atau saat hati sendiri.

Ceritamu memberi kekuatan, membangkitkan tawa,

Menanamkan kebijaksanaan yang kupupuk tanpa disadari hingga dewasa. 

Teman di balik sampul, perjalanan kita belum ujung,

Terima kasih atas petualangan di tempat jauh tak tersentuh.

Ode untuk Dunia Tertulis

Deretan huruf hitam menari di hadapan mata,

Merangkai kata, melukiskan dunia dalam fana.

Kertas kuning kecokelatan, berbisik tanpa suara,

Dari dunia jauh, terukir kisah tiada tara.

Di dalam tinta memudar, keajaiban tersembunyi,

Anganku lepas terbang, tak lagi dibatasi bumi.

Aku temui lautan dalam fiksi, jelajahi gurun fakta,

Kau bukakan mataku pada misteri tanpa henta.

Sejarah membuka diri, petualang melintasi zaman,

Di sela-sela sampulmu, kurasakan denyut kehidupan.

Kawan dan perih kutatap dari baris tulisan,

Mengajarkanku empati, makna menjadi insan.

Ode untuk dunia tertulis, harta intelektual nan tinggi,

Meski engkau terdiam, imajinasiku terus membahana di hati.

Aku berterima kasih untuk hadiah dari sang pena,

Menorehkan keabadian lewat setiap goresan kata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun