Hasilnya, kita akan terjebak lebih jauh dalam zona nyaman dan menjadi guru yang cenderung pasif serta tak memiliki perubahan kualitas yang signifikan.
3. Lemah dalam penguasaan IT
Penggunaan IT seakan menjadi barang wajib yang harus dikuasai setiap orang tak peduli berapapun usianya. Menguasai komputer atau berpikir komputerisasi tak hanya menuntut kesiapan seseorang dalam belajar dan beradaptasi sesuai perkembangan zaman.Â
Lebih lanjut, sebagai guru kita juga harus memahami dan memelajari komputer dan segala aspek dengan teknologi secara konsisten dan kontinyu. Memahami sistem operasi, belajar membuat tayangan dan desain pembelajaran menarik, menerapkan pembelajaran dengan memaksimalkan peran IT yakni bermain games, tebak gambar, atau bermain pecah teka-teki dari poster digital yang telah disediakan dapat menambah pengetahuan akan pentingnya penguasaan IT.
4. Minimnya koordinasi terkait kurikulum sekolah yang relevan
Selain contoh, guru juga memerlukan contoh. Terutama dalam hal penyusunan bahan ajaran yang selain terstruktur dan tersistem dengan baik juga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan guru serta peserta didik.Â
Sayangnya, ada beberapa sekolah yang tak menerapkan itu. Alhasil guru tak dapat upgrade materi dan perangkat ajar yang relevan serta update. Sehingga saat diterapkan di kelas, pembelajaran menjadi pasif dan monoton.Â
Perumusan dan penyusunan kurikulum sekolah perlu dilakukan agar kita mendapatkan pakem atau perangkat ajar yang sifatnya update, relevan, dan menyesuaikan kebutuhan peserta didik sehigga pembelajaran yang diterapkan dapat terlaksana secara optimal dan menunjang hasil belajar peserta didik.
5. Enggan dan lamban menyesuaikan diri
Kurikulum yang selalu diperbaharui dan ditingkatkan dari segi isi dan kebermaknaan menuntut seorang guru juga harus berinovasi yang maksimal dalam hal implementasinya di kelas.Â
Belum lagi, kultur dan latar belakang peserta didik yang beragam juga menjadi faktor penentu guru harus dapat beradaptasi dengan situasi zaman saat ini.