Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apa yang Menyebabkan Guru Kerap Terjebak dengan Cara Mengajar yang Membosankan?

26 Mei 2023   08:00 Diperbarui: 29 Mei 2023   09:19 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di kelas. (KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL)

Inovasi terus digaungkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Indonesia dalam mengupayakan dan mengusahakan serta memfasilitasi guru yang ingin meningkatkan kompetensi dan skill mengajarnya. 

Beragam program pun sudah disediakan di banyak referensi misalnya di Platform Merdeka Belajar, SIMPKB, hingga website lain yang mewadahi keperluan dalam bidang pendidikan. 

Menjadi guru memang dituntut untuk terus infovatif dalam menghadirkan beberapa perubahan nyata. Mulai dari meningkatkan kualitas diri baik komptensi maupun keahlian, mengubah paradigma lama, memiliki komitmen untuk memelajari hal-hal baru, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut, menjalani profesi sebagai guru selain dituntut untuk ikhlas dan sabar juga diperlukan motivasi kuat agar dapat terus berkembang dan beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman. 

Mulai dari perkembangan teknologi informasi, meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, tuntutan inovasi dari kurikulum yang berlaku, hingga membantu peserta didik menggapai cita-citanya di masa depan merupakan hal-hal yang akan pasti dialami oleh seorang guru. 

Maka dari itu untuk memperlancar dan menyukseskan cita-cita tersebut, guru harus terus mau mengasah diri dengan cara mengikuti banyak program yang disediakan kementerian pendidikan di Indonesia. 

Mulai dari peningkatan individu, perekrutan mahasiswa PPG, berbagi praktik baik, dan lain sebagainya. Ketika kita sudah tertarik mengikuti hal tersebut maka kualitas diri dengan sendirinya jugfa akan meningkat dan berkembang. 

Masalah yang muncul saat ini, kita sering menjumpai ada guru yang masih terjebak dalam paradigma mengajar lama sehingga metode dan proses pembelajaran terkesan pasif dan membosankan. Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dialami banyak guru di Indonesia?

(acerforeducation.id/k)
(acerforeducation.id/k)

1. Paradigma Lama

Paradigma merupakan suatu cara pikir atau cara pandang kita dalam memahami fenomena tertentu. Paradigma juga dapat dikatakan sebagai mindset seorang guru terhadap sistem pengajaran yang akan diterapkan di kelas dan dipakai dalam waktu yang lama serta menyesuaikan kebutuhan peserta didik. 

Kita sering menemukan guru kerap terjebak dalam paradigma lama yakni mengajar hanya berorientasikan pada materi dan hasil belajar bukan menitikberatkan pada proses serta upgrade diri.

Hal ini tentu menjadi masalah saat diterapkan di era sekarang. Keadaan peserta didik yang memiliki latar belakang heterogen, minat dan kemampuan yang berbeda, pengaruh digitalisasi, dan lain sebagainya justru menambah sulit guru dalam beradaptasi sehingga ia kerap bertahan dengan cara lama sehingga mengajar. 

Untuk mengurangi ketergantungan ini, kita sebagai guru dapat mulai menyajikan cara belajar aktif dan efektif yang menyenangkan. Pertama kita bisa mulai menerapkan pembelajaran dengan metode cooperative learning (CL) dengan salah satu tekniknya yakni carousel. 

Cara ini dapat digunakan dengan menerapkan kelompok kecil pada siswa, kemudian kita melemparkan isu tertentu untuk dibahas oleh siswa sembari menyelesaikan topik tertentu, terakhir hasil pekerjaan tersebut dijalankan secara bergilir ke kelompok lain agar siswa lain dapat menanggapi dan memberi masukkan yang positif. 

Metode yang dapat digunakan selanjutnya yakni TPS (Think, Pair, and Share) peserta didik akan dipersilakan membuat kelompok yang terdiri maksimal 2 atau 3 orang. 

Kemudian siswa diajak untuk mendiskusikan suatu pertanyaan sembari berimajinasi dan membuat simpulan terkait permasalahan yang dihadapi. Setelah itu, mereka mencatat dan terakhir memperesentasikan kepada kelompok lain. Selanjutnya guru memberikan kesempatan untuk saling menanggapi.

2. Malas untuk belajar

Kemalasan kerap menjadi penyakit utama yang seolah telah menjangkiti seseorang sejak lama namun sulit untuk disembuhkan. Malas sendiri merupakan suatu keadaan dimana kita merasa bahwa untuk melakukan suatu aktivitas terkesan berat dan tak mungkin dapat diselesaikan sesuai waktu yang diterapkan. 

Tentu ini menjadi ironi di mana kita selalu dituntut untuk terus memperbaharui dan meningkatkan kemampuan dalam hal ini kompetensi dan keterampilan. 

Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, banyak sebagian dari kita guru-guru yang berusia muda maupun dewasa tak lagi memikili semangat untuk belajar dan men-upgrade kemampuan diri, enggan terlibat dalam banyak diskusi pendidikan, tak tertarik dengan sharing mentor atau konsultasi pendidikan, dan lain sebagainya menambah besar rasa malas yang tumbuh dalam diri. 

Hasilnya, kita akan terjebak lebih jauh dalam zona nyaman dan menjadi guru yang cenderung pasif serta tak memiliki perubahan kualitas yang signifikan.

3. Lemah dalam penguasaan IT

Penggunaan IT seakan menjadi barang wajib yang harus dikuasai setiap orang tak peduli berapapun usianya. Menguasai komputer atau berpikir komputerisasi tak hanya menuntut kesiapan seseorang dalam belajar dan beradaptasi sesuai perkembangan zaman. 

Lebih lanjut, sebagai guru kita juga harus memahami dan memelajari komputer dan segala aspek dengan teknologi secara konsisten dan kontinyu. Memahami sistem operasi, belajar membuat tayangan dan desain pembelajaran menarik, menerapkan pembelajaran dengan memaksimalkan peran IT yakni bermain games, tebak gambar, atau bermain pecah teka-teki dari poster digital yang telah disediakan dapat menambah pengetahuan akan pentingnya penguasaan IT.

4. Minimnya koordinasi terkait kurikulum sekolah yang relevan

Selain contoh, guru juga memerlukan contoh. Terutama dalam hal penyusunan bahan ajaran yang selain terstruktur dan tersistem dengan baik juga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan guru serta peserta didik. 

Sayangnya, ada beberapa sekolah yang tak menerapkan itu. Alhasil guru tak dapat upgrade materi dan perangkat ajar yang relevan serta update. Sehingga saat diterapkan di kelas, pembelajaran menjadi pasif dan monoton. 

Perumusan dan penyusunan kurikulum sekolah perlu dilakukan agar kita mendapatkan pakem atau perangkat ajar yang sifatnya update, relevan, dan menyesuaikan kebutuhan peserta didik sehigga pembelajaran yang diterapkan dapat terlaksana secara optimal dan menunjang hasil belajar peserta didik.

5. Enggan dan lamban menyesuaikan diri

Kurikulum yang selalu diperbaharui dan ditingkatkan dari segi isi dan kebermaknaan menuntut seorang guru juga harus berinovasi yang maksimal dalam hal implementasinya di kelas. 

Belum lagi, kultur dan latar belakang peserta didik yang beragam juga menjadi faktor penentu guru harus dapat beradaptasi dengan situasi zaman saat ini.

Menambah wawasan dalam hal manajemen kelas, meningkatkan kemahiran dalam penguasaan IT, gemar berpikir komputasi, berpikiran maju dan progresif, mampu memanfaatkan segala fasilitas yang ada di sekolah serta tak takut untuk menghadirkan perubahan merupakan langkah jitu dalam menghadapi perubahan zaman bagi seorang guru. 

Jika kemampuan adaptasi tersebut sudah tumbuh dengan baik, tak menutup kemungkinan guru seperti kita akan semakin profesional dan berhasil mencetak generasi emas bagi orang tua, bangsa, dan negara.

Itulah beberapa hal terkait dengan masalah yang dihadapi guru saat ini serta alasan mengapa beberapa guru kerap dianggap membosankan saat mengajar. Mari terus mengasah dan meningkatkan kemampuan diri agar ke depan kita menjadi guru yang lebih professional. Salam sehat dan salam bahagia guru Indonesia.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun