Paradigma merupakan suatu cara pikir atau cara pandang kita dalam memahami fenomena tertentu. Paradigma juga dapat dikatakan sebagai mindset seorang guru terhadap sistem pengajaran yang akan diterapkan di kelas dan dipakai dalam waktu yang lama serta menyesuaikan kebutuhan peserta didik.Â
Kita sering menemukan guru kerap terjebak dalam paradigma lama yakni mengajar hanya berorientasikan pada materi dan hasil belajar bukan menitikberatkan pada proses serta upgrade diri.
Hal ini tentu menjadi masalah saat diterapkan di era sekarang. Keadaan peserta didik yang memiliki latar belakang heterogen, minat dan kemampuan yang berbeda, pengaruh digitalisasi, dan lain sebagainya justru menambah sulit guru dalam beradaptasi sehingga ia kerap bertahan dengan cara lama sehingga mengajar.Â
Untuk mengurangi ketergantungan ini, kita sebagai guru dapat mulai menyajikan cara belajar aktif dan efektif yang menyenangkan. Pertama kita bisa mulai menerapkan pembelajaran dengan metode cooperative learning (CL)Â dengan salah satu tekniknya yakni carousel.Â
Cara ini dapat digunakan dengan menerapkan kelompok kecil pada siswa, kemudian kita melemparkan isu tertentu untuk dibahas oleh siswa sembari menyelesaikan topik tertentu, terakhir hasil pekerjaan tersebut dijalankan secara bergilir ke kelompok lain agar siswa lain dapat menanggapi dan memberi masukkan yang positif.Â
Metode yang dapat digunakan selanjutnya yakni TPS (Think, Pair, and Share) peserta didik akan dipersilakan membuat kelompok yang terdiri maksimal 2 atau 3 orang.Â
Kemudian siswa diajak untuk mendiskusikan suatu pertanyaan sembari berimajinasi dan membuat simpulan terkait permasalahan yang dihadapi. Setelah itu, mereka mencatat dan terakhir memperesentasikan kepada kelompok lain. Selanjutnya guru memberikan kesempatan untuk saling menanggapi.
2. Malas untuk belajar
Kemalasan kerap menjadi penyakit utama yang seolah telah menjangkiti seseorang sejak lama namun sulit untuk disembuhkan. Malas sendiri merupakan suatu keadaan dimana kita merasa bahwa untuk melakukan suatu aktivitas terkesan berat dan tak mungkin dapat diselesaikan sesuai waktu yang diterapkan.Â
Tentu ini menjadi ironi di mana kita selalu dituntut untuk terus memperbaharui dan meningkatkan kemampuan dalam hal ini kompetensi dan keterampilan.Â
Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, banyak sebagian dari kita guru-guru yang berusia muda maupun dewasa tak lagi memikili semangat untuk belajar dan men-upgrade kemampuan diri, enggan terlibat dalam banyak diskusi pendidikan, tak tertarik dengan sharing mentor atau konsultasi pendidikan, dan lain sebagainya menambah besar rasa malas yang tumbuh dalam diri.Â