Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laila

22 November 2022   20:46 Diperbarui: 22 November 2022   20:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ketiga Ramadan mereka diberangkatkan. Samsul ditempatkan dekat dengan kota Medan, yaitu Berastagi. Ia dikenalkan dengan kepala desa setempat, Pak Bangun namanya.

 "Jangan kam[1] paksakan membantunya!" ujar salah satu penduduk setempat, yang sedang beristirahat di pondok kecil di tengah ladang.  Samsul mengisi harinya dengan membantu masyarakat setempat di ladang. Kota Berastagi berada di kaki gunung sehingga mayoritas penduduknya bercocok tanam.

 

"Anakku yang paling besar gak mau belajar agama. Sekarang barulah, ada acara PKR -Pesantren Kilat Ramadhan- di sekolah. Baru tadi pagi pas subuh menelepon, katanya malu dia sama kawan-kawannya, karena bacaan Al-Qur'an-nya banyak yang salah."

Baca juga: Jodoh Pasti Bertemu

 

"Bah, sekarangpun kalau mau belajar sama ayahnya, malu dia. Makanya ku bilang tadi, disini sudah datang mahasiswa dari Kota Binjai selama bulan puasa. Kalau mau dia, bisa nanti belajar sama kam, kan?" Ujar ibu Bangun.

 

Samsul terkejut. Tetiba seperti ada tantangan dia harus mengajar mengaji anaknya yang sudah kelas 3 SMA.

 

 "Samsul!" Sapa ibu itu membuyarkan lamunannya.

 

"Ha, ya, Bu. Mmm.. kapan dia balik?" Tanyanya ceplos.

 

"Besok acara penutupannya. Mungkin sorenya dia sudah di rumah"

 

***

 

Malam ini giliran makan di rumah Pak Bangun. Setelah kemarin malam makan di rumah tetangga yang lain. Kesepakatan warga untuk menetapkan Samsul makan bergilir di rumah warga muslim agar mudah terjalin keakraban di wilayah minoritas muslim. Sambil menunggu makanan disajikan, mereka bercerita kalau di hari yang ke tujuh nanti Samsul akan membuat acara buka bersama.

 Pak Bangun menyambut baik rencana acara itu. Makanan telah siap.

 

"Ibu gak ikut makan bersama, pak Bangun?" tanya Samsul memecah khidmat.

 

"Oh, sudah pergi tadi menjemput uang sayur. Dikunci nanti pintunya kalau sudah jam delapan. Semua capek seharian di ladang" jawabnya di sela makannya.

 

"Jadi yang tadi menyiapkan makan, siapa Pak?"

 

"Oh, Laila nya itu. Baru pulang dia tadi sore dari sekolahnya, ikut PKR" jawabnya santai.

 

Samsul tersedak kecil saat mendengar nama putrinya. Entah kenapa tetiba ia gerogi.

 

***

 

Ba'da ashar. Laila datang bersama adiknya Ricky dan Rio, untuk belajar mengaji. Biasanya ramai anak-anak setempat yang datang. Ya, namanya juga anak-anak, sebentar saja semangat belajarnya. Samsul dan Laila tetap menjaga jarak.

 

***

 

Samsul melihat jadwal di dinding kamarnya. Tepatnya besok, ia harus membuat acara buka bersama. Pagi harinya ia serahkan sejumlah uang kepada Pak Bangun. Pukul tiga siang, beberapa warga berkumpul di rumah Pak Bangun untuk rewang. Laila tampak wara wiri membantu mereka. Samsul balik ke masjid karena waktu ashar sudah dekat. Sambil menunggu waktu ashar, Samsul membaca buku. Udara terlalu dingin. Ia balut kakinya dengan selimut tebal yang dipinjamkan warga.

 

Tetiba ia merasa ada orang yang memanggilnya dan menggoyang--goyang pelan tubuhnya. "kam sudah sholat ashar?" Tanya pak Bangun membangunkannya.

 

Masih ada waktu. Selesai sholat, seperti ada hal yang mengganjal. Ia teringat hanya menyelimuti kakinya, tapi kenapa jadi seluruh tubuhnya yang terselimuti?

 

Acara buka bersama dengan jama'ah sholat maghrib dimulai. Ada satu kegembiraan saat mereka makan bersama setelah seharian penuh menjaga puasanya.

 

***

 

Tak terasa dua puluh hari sudah ia lalui. Sikap warga yang antusias membuatnya tak ingin cepat meninggalkan tempat tersebut. Warga membawakannya ole-ole sekarung sayur mayur. Sempat juga ia ikut memanen kentang dan menanam cabai selama disana. Ia berpamitan.

 

Mobil melaju perlahan. Ia menyempatkan diri menoleh ke belakang. Mereka semua melambaikan tangan. Di perjalanan pulang. Teman-teman yang lain nampak asyik bercerita pengalaman mereka selama disana. Malahan ada yang diberi amplop berisi sejumlah uang yang diberikan masyarakat desa sebelum mereka pulang. Ia jadi teringat ketika ia menyalami pak Bangun. Beliau juga menyelipkan secarik kertas dalam amplop ke tangan Samsul. Ia kira isinya sama dengan teman yang lain. Tapi ternyata sebuah surat. Iapun membukanya.

 

Untuk kak Samsul.. 

Teriring do'a dan salamku semoga kak Samsul selalu dalam keadaan sehat.

Kak Samsul, Sejak pertemuan kita yang pertama kali. Belajar mengaji bersama. Saya banyak mencuri pandang kepada kakak. Saya malu kak.. 

 

Semenjak saya mengikuti acara PKR disekolah, saya banyak tahu tentang agama, khususnya etika seorang muslimah dalam bergaul. Oleh sebab itu, kutahan diriku untuk berbicara dengan kakak. 

 

Ahad lalu saat akan diadakan acara buka bersama selepas maghrib, aku datang ba'da ashar untuk mengaji seperti biasanya. Namun kulihat, kakak masih tertidur pulas. Sepertinya kakak merasa kedinginan. Niat hati ingin memanggil Bapak untuk membangunkan kakak agar sholat ashar. Tapi beliau pergi ke pasar membeli daging karena kurang untuk acara berbuka. 

 

Aku tak tega membangunkan kakak yang pulas tidurnya. Aku masuk lalu menarik selimut tebal itu untuk menutupi tubuh kakak. Sekali lagi, maaf kak kalau aku telah lancang berbuat begitu. 

 

Pandangan sekejab itu masih membekas. Maukah kakak menikahiku? Tanggal 26 dan 27 bulan depan, ada pesta tahunan di kampung kami. Aku harap kakak dapat menghadirinya. Sekaligus menjawab permintaan ini. 

 

Salam hormatku, Laila Jamilah.

 

Agh, aku jadi bersalah. Gumamku. 

***

Waktu itupun tiba. Teman safari ramadhan yang dekat dengan desaku mengajak untuk pergi kesana. Aku baru teringat akan surat Laila. Selama sebulan penuh sibuk dengan aktivitasku. Kubalas dulu surat itu..

Ba'da salam. Kakak selalu berdo'a agar dik Laila selalu sehat dalam lindungan-Nya menempuh jati diri seorang muslimah. Terima kasih kakak ucapkan sebelumnya atas perhatian lebih yang Laila berikan.Sebelum kakak ikut safari Ramadhan, kakak telah komitmen dengan diri sendiri bahwa sebelum selesai studi ini, kakak belum mau menikah. Kakak masih ingin fokus menyelesaikan kuliah ini. Sekali lagi maaf. Semoga dikemudian hari dik Laila menemukan pendamping hidup yang lebih baik dari kakak. 

Wassalam, Samsul.

Selesai 

Medan, 221122

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun