5. Anti-Semitisme (Anti-Yahudi)
Antisemitisme menurut kepemimpinan Adolf Hitler adalah inti dari ideologi Nazi dan memainkan peran utama dalam kebijakan domestik dan luar negeri Jerman di bawah kekuasaannya. Hitler menyalahkan Yahudi atas berbagai masalah di Jerman, dari kekalahan dalam Perang Dunia I hingga kemunduran ekonomi dan moral. Kebencian ini didasarkan pada keyakinan rasial, agama, dan budaya yang dikembangkan melalui propaganda yang agresif dan kebijakan negara yang brutal. Ia menciptakan kebijakan dan undang-undang diskriminatif, seperti *Undang-Undang Nuremberg* (1935), yang melarang pernikahan antara orang Yahudi dan non-Yahudi serta mencabut hak-hak sipil Yahudi. Contoh Paling Ekstrem: Holocaust, yaitu genosida terhadap sekitar enam juta orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Hukum Nuremberg adalah serangkaian undang-undang diskriminatif yang diterapkan oleh rezim Nazi di Jerman pada tahun 1935 untuk menindas dan mendiskriminasi orang Yahudi. Hukum-hukum ini diberlakukan dalam konteks kebijakan antisemitisme yang menjadi inti dari ideologi Nazi, yang bertujuan untuk mengisolasi, mengeksploitasi, dan akhirnya menghilangkan orang Yahudi dari kehidupan sosial dan politik di Jerman.
Pada tahun 1935, Hitler dan Partai Nazi mulai secara resmi mengadopsi kebijakan untuk memurnikan bangsa Jerman dan mengeluarkan orang-orang Yahudi dari masyarakat. Hukum Nuremberg diberlakukan dalam konteks ini, sebagai langkah sistematis untuk membatasi hak-hak orang Yahudi, memisahkan mereka dari warga Jerman "ras murni," dan mempersiapkan mereka untuk diisolasi dan akhirnya dihancurkan selama Holocaust.
Dalam buku Mein Kampf, Hitler menyebut Yahudi sebagai"Parasit Sosial" yang mana yahudi digambarkan sebagai makhluk yang hidup dengan mengeksploitasi bangsa lain tanpa berkontribusi.
Ia pun menyebut kata "Konspirator Global" dimana Ia menuduh Yahudi mengendalikan ekonomi dunia, media, dan politik internasional untuk menghancurkan ras Arya.
dan juga hitler menyebut yahudi sebagai "Sumber Kekacauan" . Yahudi dituduh sebagai penyebab kapitalisme eksploitatif dan Marxisme revolusioner---dua ideologi yang dianggap bertentangan tetapi sama-sama membahayakan Jerman.
Anti-intelektualisme adalah sikap atau kebijakan yang menentang gagasan intelektual, pendidikan, dan kebebasan berpikir yang tidak sesuai dengan ideologi penguasa. Hitler dan Partai Nazi menghancurkan karya-karya intelektual yang dianggap bertentangan dengan ideologi mereka.Â
Dalam konteks kepemimpinan Adolf Hitler dan ideologi Nazi, anti-intelektualisme tidak hanya sekadar penolakan terhadap dunia akademis atau ilmu pengetahuan, tetapi juga cara untuk menegaskan kontrol atas pikiran dan nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat. Hal ini berkaitan erat dengan cara Hitler dan Partai Nazi berusaha mengendalikan informasi, mendominasi pendidikan, dan menekan kebebasan berpikir. Buku-buku oleh penulis Yahudi, Komunis, atau yang berisi gagasan liberal dibakar dalam acara-acara publik, seperti *Bcherverbrennung* (pembakaran buku) pada tahun 1933. Â
Hitler dan ideologi Nazi memiliki pandangan yang sangat skeptis terhadap intelektualisme, terutama intelektual yang dianggap "berbahaya" bagi kekuasaan mereka atau yang dianggap tidak mendukung agenda Nazi. Para intelektual yang terlibat dalam filsafat, seni, atau ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan doktrin Nazi sering kali dihindari, dikeluarkan, atau dibunuh.