Ketidakselarasan tujuan lembaga ini mulai mengusik jiwa dan batin
Sosrokartono. Ia merasa ada yang kosong dan hilang dalam jiwa dan batinnya (penderitaan eksistensial).
Akhirnya, Sosrokartono memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai penerjemah di Volken Bond di Genewa. Meskipun ia sudah memperoleh jabatan yang mapan. Sosrokartono lebih memilih mencari keadilan dan ketenangan batin yang selama ini belum ada pekerjaan yang sesuai dengan tujuan hidupnya tersebut.
Atase Kedutaan Perancis
Melansir dari Aksan, Sosrokartono kemudian meninggalkan Jenewa tempat markas Volkenbond. Ia kemudian menuju ke Prancis untuk menjadi mahasiswa pendengar di Universitas Sorbonne, Jurusan Psikometri dan Psikoteknik.
Sosrokartono tertarik mempelajari ilmu kejiwaan setelah mendapat rekomendasi dari seorang dokter di Jenewa. Dokter itu kebetulan melihat Sosrokartono menyembuhkan seorang anak kerabatnya yang terserang demam tinggi. Melihat itu, kemudian Sosrokartono disarankan untuk lebih mendalami kemampuannya di Universitas Sorbonne Prancis.
Petualangan ini menjadi dasar beliau menjalankan peran sebagai penyembuh (healer) dan mengabdi ke masyarakat Indonesia.
Saat di Prancis, Sosrokartono mendapatkan kehormatan dari pemerintah Prancis. Sosrokartono diangkat oleh pemerintah Prancis menjadi Atase Kedutaan Besar Prancis di ibu kota kerajaan Belanda, Den Haag. (9).
Kembali ke Indonesia dan Menekuni Laku Spiritual
Sepulang dari Eropa pada tahun 1925, Sosrokartono memutuskan untuk menetap di Bandung dan mulai menekuni laku spiritual secara lebih intens.Â
.
D. Corak gaya kepemimpinan seorang R.M.P Sosrokartono
Diksi "Roh" atau mental berasal dari bahasa Latin spiritus. Penggunaan kata roh atau mental  tidak dimaknai tunggal, namun bisa dimaknai beragam sebagai semangat, nafas, batin, jiwa, sukma, kesadaran rasionalitas, empiris (Jawa Kuna menyebut kasunyatan atau  kenyataan; fakta), atau apa yang dikatakan Hegel sebagai Roh Dunia Weltgeist ("world spirit").