Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Polman Jago, Antara Kenyataan dan Harapan

2 Januari 2022   21:37 Diperbarui: 2 Januari 2022   22:07 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Target penurunan kemiskinan Polman menurut RPJMD 2019-2024 tahun 2021 adalah 14 persen dan tahun 2024 sebesar 12,50 persen. Rasanya akan sangat sulit dicapai jika penurunan yang masih sangat lambat saat ini.

Mungkin timbul pertanyaan, mengapa bisa PDRB Polman tertinggi tetapi kemiskinan masih tertinggi juga. Hal ini tentu butuh penelitian lebih dalam. Menurut beberapa penelitian terdahulu dijelaskan bahwa PDRB yang tinggi belum tentu membuat kemiskinan rendah karena pemerataan belum tercapai. Makanya, kalau mau kemiskinan turun maka kue ekonomi di Polman harus dinikmati oleh semua masyarakat, bukan golongan tertentu saja.

Ketenagakerjaan

Polman dalam hal ketenagakerjaan sepertinya juga masih kalah dibanding kabupaten lain. Meski tidak paling bontot. Tingkat pengangguran terbuka Polman pada 2020 mencapai 3,18 persen. Merupakan tertinggi keempat setelah Majene (4,26 persen), Pasangkayu (3,70 persen), dan Mamasa (3,67 persen). Polman masih kalah jago oleh Mamuju (2,89 persen) dan Mateng (2,71 persen).

Persentase angkatan kerja Polman juga cukup baik, meski bukan yang paling jago. Persentase angkatan kerja menjelaskan bahwa seberapa besar angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja, yakni 15 tahun ke atas. Angkanya mencapai 71,39 persen, hanya kalah dari Mamasa yang mencapai 78,36 persen.

Persentase angkatan kerja yang tinggi dan tingkat pengangguran terbuka yang rendah belum terlalu menjelaskan bahwa suatu daerah memliki ketenagakerjaan yang bagus. Hal ini menurut beberapa penelitian disebabkan bahwa kecenderungan masyarakat tidak "memilih" lapangan pekerjaan. 

Tidak mementingkan jumlah gaji atau pendapatan rendah asal tetap bekerja, apalagi masyarakat pertanian di perdesaan. Tentu ini perlu dilakukan kajian lebih mendalam di Polman dan Sulbar sendiri.

Demikianlah catatan "Polman Jago" pada kesempatan kali ini. Kita sama-sama berharap bahwa ke depan Polman bisa benar-benar jago dan bukan hanya harapan dan angan semata. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun