Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Polman Jago, Antara Kenyataan dan Harapan

2 Januari 2022   21:37 Diperbarui: 2 Januari 2022   22:07 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Polewali Mandar (Polman) merupakan salah satu dari enam kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Polman beberapa saat lalu melangsungkan peringatan hari ulang tahun yang ke-62. Cukup megah dan semarak meski masih dalam kondisi Pandemi COVID-19.

Ucapan selamat datang dari berbagai tokoh, baik tokoh dan pimpinan di lingkup lokal Sulawesi Barat maupun di lingkup nasional seperti Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan masih banyak lainnya.

Kabupaten Polman telah mendapat berbagai penghargaan nasional seperti penghargaan SAKIP BB dan Reformasi Birokrasi B tahun 2020 dari Kementerian PAN dan RB, terbaik untuk kedua kalinya di Sulawesi Selatan dan Barat. 

Menembus 10 besar nasional dalam ajang penilaian perencanaan pembangunan tahun 2021 oleh Kementerian PPN/Bappenas. Masuk 10 besar nasional pada penilaian sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) tahun 2020 dengan indeks SPBE 3,30. Serta, berbagai penghargaan lainnya.

Kenyataan

Itu merupakan sejumlah penghargaan yang diterima oleh "Polman Jago". Berdasarkan data yang ada, Polman memang pantas disebut "jago" sesuai mottonya karena beberapa hal. Jago sendiri bermakna terdepan, juara, serta merupakan yang utama. Di antaranya bisa disimak pada uraian berikut (data dari BPS Provinsi Sulawesi Barat).

Jika melihat kinerja perekonomian Polman berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2020 maka kita akan melihat dominasi kontribusi Polman terhadap PDRB Sulawesi Barat. Kontribusi PDRB Polman mencapai 29 persen, disusul Mamuju 25 persen, Pasangkayu 22 persen, Majene 11 persen, serta Mamuju Tengah dan Mamasa yang masing-masing 7 persen dan 6 persen.

Total PDRB Polman pada tahun 2020 mencapai Rp13,27 triliun menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp13,37 triliun. 

Dari jumlah tersebut masih sangat didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 41 persen lebih, disusul perdagangan (15 persen), konstruksi (7 persen), serta industri pengolahan (6 persen).

Hal ini menjadi kebanggaan sendiri bagi Polman karena perekonomian Sulawesi Barat masih cukup tergantung dengan ekonomi Polman. Pertanian Polman ditunjang beberapa potensi utama seperti kelapa, padi, kakao, serta perikanan dan pertanian lainnya.

Perdagangan sendiri cukup vital dengan keberadaan beberapa pasar terbesar seperti Pasar Wonomulyo, Pasar Sentral Polewali, Pasar Campalagian, dan sebagainya. Melihat catatan tersebut, bisalah dikatakan bahwa Polman itu jago.

Harapan

Data catatan perekonomian makro Polman di atas cukup membanggakan. Sayangnya, tidak cukup membanggakan untuk beberapa hal. Beberapa indikator kesejahteraan rakyat nampak masih kalah dari kabupaten lain di Sulbar (bandingannya baru kabupaten di Sulbar, lho). Mari kita simak apa saja itu.

IPM

Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator yang menjelaskan pembangunan manusia pada daerah tertentu. Menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

IPM Polman pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 64,23. Sayangnya, peningkatan tersebut tidak cukup membantu Polman yang tetap masih terbelakang di Sulawesi Barat. IPM tertinggi masih dicapai Mamuju (68,32), Pasangkayu (69,03), dan Majene (67,29). Bahkan, kalah sama Mamasa dan Mateng yang masing-masing mencapai 66,63 dan 66,18.

Yang membuat Polman tidak jago dalam masalah IPM adalah dari usia harapan hidup yang hanya mencapai 62,53 tahun. Kalah jauh dari Mamasa yang mencapai 70,94 tahun. Selain itu, dari sisi pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas masih di angka 7,44 tahun, jauh di bawah Majene yang mencapau 8,91 tahun.

Sepertinya Polman tidak boleh hanya sekedar berjalan menumbuhkan IPM jika mau dikatakan jago. Polman harus berlari untuk mengejar ketertinggalan tersebut.

Padahal nih, Polman dalam rancangan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2019-2024, menargetkan IPM sudah mencapai 66,53 pada tahun 2021 kemarin. Dengan pertumbuhan cuma 0,61 pada 2021 rasanya akan sangat sulit mencapai target IPM tahun 2024 yang mencapai 70,13.

Kemiskinan

Indikator lain yang tetap membuat Polman tidak jago dan masih menjadi harapan adalah masalah kemiskinan makro. Kemiskinan makro diukur dari survei sosial ekonomi nasional (Susenas) BPS.

Kemiskinan Polman pada tahun 2020 masih di angka 15,26 persen, merupakan yang tertinggi di Sulawesi Barat. Angka itu setara dengan lebih kurang 68.180 orang penduduk Polman. Persentase kemiskinan terendah ada di Pasangkayu (4,48 persen), disusul Mateng (6,79 persen), dan Mamuju (6,92 persen). Mamasa dan Majene masing-masing 13,38 persen dan 13,73 persen.

Target penurunan kemiskinan Polman menurut RPJMD 2019-2024 tahun 2021 adalah 14 persen dan tahun 2024 sebesar 12,50 persen. Rasanya akan sangat sulit dicapai jika penurunan yang masih sangat lambat saat ini.

Mungkin timbul pertanyaan, mengapa bisa PDRB Polman tertinggi tetapi kemiskinan masih tertinggi juga. Hal ini tentu butuh penelitian lebih dalam. Menurut beberapa penelitian terdahulu dijelaskan bahwa PDRB yang tinggi belum tentu membuat kemiskinan rendah karena pemerataan belum tercapai. Makanya, kalau mau kemiskinan turun maka kue ekonomi di Polman harus dinikmati oleh semua masyarakat, bukan golongan tertentu saja.

Ketenagakerjaan

Polman dalam hal ketenagakerjaan sepertinya juga masih kalah dibanding kabupaten lain. Meski tidak paling bontot. Tingkat pengangguran terbuka Polman pada 2020 mencapai 3,18 persen. Merupakan tertinggi keempat setelah Majene (4,26 persen), Pasangkayu (3,70 persen), dan Mamasa (3,67 persen). Polman masih kalah jago oleh Mamuju (2,89 persen) dan Mateng (2,71 persen).

Persentase angkatan kerja Polman juga cukup baik, meski bukan yang paling jago. Persentase angkatan kerja menjelaskan bahwa seberapa besar angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja, yakni 15 tahun ke atas. Angkanya mencapai 71,39 persen, hanya kalah dari Mamasa yang mencapai 78,36 persen.

Persentase angkatan kerja yang tinggi dan tingkat pengangguran terbuka yang rendah belum terlalu menjelaskan bahwa suatu daerah memliki ketenagakerjaan yang bagus. Hal ini menurut beberapa penelitian disebabkan bahwa kecenderungan masyarakat tidak "memilih" lapangan pekerjaan. 

Tidak mementingkan jumlah gaji atau pendapatan rendah asal tetap bekerja, apalagi masyarakat pertanian di perdesaan. Tentu ini perlu dilakukan kajian lebih mendalam di Polman dan Sulbar sendiri.

Demikianlah catatan "Polman Jago" pada kesempatan kali ini. Kita sama-sama berharap bahwa ke depan Polman bisa benar-benar jago dan bukan hanya harapan dan angan semata. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun