Harapan
Data catatan perekonomian makro Polman di atas cukup membanggakan. Sayangnya, tidak cukup membanggakan untuk beberapa hal. Beberapa indikator kesejahteraan rakyat nampak masih kalah dari kabupaten lain di Sulbar (bandingannya baru kabupaten di Sulbar, lho). Mari kita simak apa saja itu.
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator yang menjelaskan pembangunan manusia pada daerah tertentu. Menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
IPM Polman pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 64,23. Sayangnya, peningkatan tersebut tidak cukup membantu Polman yang tetap masih terbelakang di Sulawesi Barat. IPM tertinggi masih dicapai Mamuju (68,32), Pasangkayu (69,03), dan Majene (67,29). Bahkan, kalah sama Mamasa dan Mateng yang masing-masing mencapai 66,63 dan 66,18.
Yang membuat Polman tidak jago dalam masalah IPM adalah dari usia harapan hidup yang hanya mencapai 62,53 tahun. Kalah jauh dari Mamasa yang mencapai 70,94 tahun. Selain itu, dari sisi pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas masih di angka 7,44 tahun, jauh di bawah Majene yang mencapau 8,91 tahun.
Sepertinya Polman tidak boleh hanya sekedar berjalan menumbuhkan IPM jika mau dikatakan jago. Polman harus berlari untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
Padahal nih, Polman dalam rancangan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2019-2024, menargetkan IPM sudah mencapai 66,53 pada tahun 2021 kemarin. Dengan pertumbuhan cuma 0,61 pada 2021 rasanya akan sangat sulit mencapai target IPM tahun 2024 yang mencapai 70,13.
Kemiskinan
Indikator lain yang tetap membuat Polman tidak jago dan masih menjadi harapan adalah masalah kemiskinan makro. Kemiskinan makro diukur dari survei sosial ekonomi nasional (Susenas) BPS.
Kemiskinan Polman pada tahun 2020 masih di angka 15,26 persen, merupakan yang tertinggi di Sulawesi Barat. Angka itu setara dengan lebih kurang 68.180 orang penduduk Polman. Persentase kemiskinan terendah ada di Pasangkayu (4,48 persen), disusul Mateng (6,79 persen), dan Mamuju (6,92 persen). Mamasa dan Majene masing-masing 13,38 persen dan 13,73 persen.