Bencana KESERAKAHAN Manusia
bencana alam dan wabah virus melanda
jutaan nyawa telah tiada
air mata tergenang
dunia terguncang
negara gagap
manusia gagap
do'a melantun pilu
seperti senandung Ebiet G Ade yang terasa sendu
"barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang"Â
bukan pertama kali dunia mengalami wabah penyakit dan bencana
adakah yang berpikir merangkai kata tanya
pada hikmah kejadian apa dan mengapa
yang luput dikaji manusia
bisa jadi ini cara bumi meminta perhatian
seolah bumi sedang mengirim pesan
"tolong berhentilah sejenak eksploitasi dan berbuat kerusakan atasku, berikan waktu sejenak, agar aku bisa bernapas dan memulihkan diri, dari aneka kerusakan yang telah engkau perbuat"Â
mungkin telinga manusia mendengarnya
rintihan bumi atas deritanya
namun manusia banyak yang mengabaikan
telinga tersumbat oleh ketidakpedulian
hanya ambisi dan keserakahan yang didengarkan
David Quammen ahli satwa liar sudah memperingatkan
"jangan merusak ekosistem asli satwa, merusak habitat satwa liar, berarti sama saja membuka dan memperlemah benteng pertahanan manusia, virus, bakteri, kuman, kehilangan tempat tinggal, akibat hutan dan alam diinvasi manusia, untuk keperluan hidup maupun keserakahan, kita memotong pohon, memburu binatang, merenggut mereka dari habitatnya, bahkan menjualnya ke pasar untuk dimakan, membuat virus kehilangan rumah alamiahnya, mereka mencari inang baru dan itu adalah tubuh manusia"
sudah banyak peringatan diberikan bumi pada manusia
seperti kecepatan mencairnya es di kutub utara
cuaca panas dan kebakaran ekstrem melanda
hujan badai banjir longsor serta gempa
bila bencana dan wabah terjadi bersamaan
manusia pasti akan kewalahan
rumah sakit kekurangan ruangan
tenaga medis kelelahan
manusia harus menyadari
bahwa kekayaan alam ini
ekosistem laut dan hutan hujan tropis yang tersisa
adalah modal untuk dijaga sekuat tenaga
kalau hutan habis menjadi gurun
sumber air pun hanya tersisa embun
oksigen menipis
pernapasan terkikis
hutan juga tempat hidup flora fauna
yang menjadi inang berbagai virus dunia
manusia harus menjaga ekosistem hutan belantara
serta ekosistem laut dan keaneka ragamannya
tinggalkan dan hentikan
cara eksploitatif dan koruptif dalam memanfaatkan
sumber daya alam dan lingkungan
saatnya mendorong ekonomi kelestarian
berdamai dan memperbaiki hubungan dengan alam
banyak memohon ampun kepada Sang Pemilik Alam
dan memperbaiki cara hidup di bumi ini
demi anak cucu yang akan mewarisi
hentikan berbuat kezaliman
karena Allah telah berfirman
Surah Asy-Syu`ara` Ayat 151
"Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas"
Surah Asy-Syu`ara` Ayat 152
"Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan"
Surah Al-A'raf Ayat 56
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya..."
Surah Ar-Rum Ayat 41
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"
Surah Al-Baqarah Ayat 205
"Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan"
Abu Daud menyampaikan hadis riwayat perkataan
nabi akhirul zaman bersabda memberi peringatan
"Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka"Â
Abu Daud menafsirkan
Rasulullah melarang menebang pepohonan
tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan
apalagi membawa pada kerusakan
semoga disegerakan kematian
bagi pendosa lingkungan
karena mereka telah berbuat zalim
hadis riwayat Bukhori dan Muslim
 "Ketika ada orang yang sering berbuat dosa itu mati, maka hamba-hamba Allah, seperti manusia, bumi, pohon dan hewan-hewan merasa lega"
Nahdlatul Ulama telah membuat keputusan
dalam muktamar kedua puluh sembilan
haram hukumnya mencemarkan dan merusak lingkungan
disebutkan pula hadis yang berkaitan
"Terlaknat orang yang membahayakan seorang muslim ataupun selainnya"
merusak lingkungan berarti membahayakan manusia
karena bencana adalah hasilnya
inilah perbuatan tercela
maka
hentikan memburu binatang liar
hentikan pembalakan liar
hentikan perkebunan serakah
hentikan pertambangan serakah
hentikan mencemari lingkungan
hentikan meracuni kelestarian
dan di tanah kelahiranku
Meratus merintih pilu
oleh eksploitasi ilegal
oknum masyarakat yang bengal
maupun eksploitasi legal keserakahan pengusaha
atas izin penguasa
teruslah kalian berbuat aniaya
hingga banua ini nanti menuai bencana
dan kalian penghulu kerusakan alam raya
walau hidup bergelimang harta
kalian adalah pembunuh flora fauna
kalian adalah pembunuh manusia
semoga mendapat tempat yang layak di kerak neraka
(araska banjar, Bjm, 11.10.2020)
Biodata:
A.Rahman Al Hakim dengan nama pena ARAska Banjar, lahir  di HSU pada 15 Sya'ban 1397 Hijriyah dan tinggal di Banjarmasin. Ia pernah menjadi santri di Ponpes Darussalam Martapura, kini berprofesi sebagai Jurnalis dan Bertani, serta Instruktur Seni Budaya pada beberapa organisasi seni dan Terapis di Lanting Banjar Terapi. Karya sastranya terutama puisi, dimuat dalam beragam media massa cetak maupun online, serta tersebar dalam puluhan antologi bersama sastrawan lokal maupun secara nasional. Facebook araska banjar, Nomor Handphone 085249654900 dan WhatsApp 0895634901242.
Keterangan :
Puisi yang berjudul "Bencana KESERAKAHAN Manusia"bersumber dari kutipan kalimat dan Ayat serta Hadis, juga dari berbagai sumber pemberitaan dan Tafsir Al-Qur'an.
Puisi ini dimuat dalam Antologi Puisi Penyair Kalimantan Selatan, Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) XVII Tabalong pada 19 sd 21 November 2020, dengan judul antologi "RIUH IMAJI DI TENGAH PANDEMI", cetakan pertama 2020.
Puisi "Bencana KESERAKAHAN Manusia" berada pada halaman 9 sd 14. Ada sekitar 208 penyair se Kalimantan Selatan yang karyanya dimuat dalam antologi "RIUH IMAJI DI TENGAH PANDEMI" yang berjumlah 304 halaman ini.
*
#SastraLulungkangLantingBanjar
facebook.com/lulungkanglantingbanjar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H