Wayan mengerutkan keningnya. Semalam memang hujan deras, tapi pagi ini langit justru sangat cerah. Semburat kemerahan di batas timur seiring terbenamnya bintang fajar makin lama makin jelas di pucuk pepohonan. Sama sekali tak tampak ada awan, apalagi gerimis. Mungkinkah penglihatan suaminya sudah demikian parah?
"Mas?"
Namun Surya telah pergi.
***
September, bumi memuntahkanmu.
September, semesta menjadikan kau dan aku satu.
September, malaikat maut menjemputmu.
Gerimis di mata Wayan semakin menderas. Sederas doa yang mengucur dari bisik bibirnya.
"Om vayur anilam amrtam athedam bhasmantam sariram Om krato smara, klie smara, krtam smara."**)
****
Palembang. 17916.
Â
Note :
*) Dewa Matahari Jepang
**) Doa Hindu untuk orang yang baru meninggal. Diambil dari Yajur Veda XL.15. Artinya lebih kurang : "Ya Hyang Widhi, Penguasa hidup, pada saat kematian ini semoga ia mengingat wijaksana suci Om, semoga ia mengingat Engkau Yang Maha Kuasa dan kekal abadi. Ingat pula kepada karmanya. Semoga ia mengetahui bahwa Atma adalah abadi dan badan ini akhirnya hancur menjadi abu."
 [caption caption="RTC"]