Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Revangga, Pak Dosen Tampan Itu

3 Februari 2016   16:08 Diperbarui: 3 Februari 2016   16:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ehm, Ezra,” panggil Revangga. “Bisa bantu saya mengumpulkan kertas jawaban teman-temanmu?”

“Oh, iya, Pak! Bisa.”

Senyum Ezra merekah. Dia mensyukuri waktu ekstra bersama pujaan hatinya, meski hanya sesaat. 

***

Ezra baru keluar dari rumah makan Padang langganannya. Sebagai mahasiswi perantauan yang malas memasak, maka wajib hukumnya untuk membeli makanan sebelum pulang kembali ke kosan. Dia tengah mengakses aplikasi ojek daring langganannya, ketika terlihat olehnya sosok perempuan tua yang dilihatnya di lampu merah tadi pagi.

Perempuan itu berdiri di dekat Toyota Alphard yang terparkir di pinggir jalan., tak jauh dari gerbang rumah makan.  Sepertinya berbicara dengan seseorang yang kemungkinan pemilik mobil. Namun sosoknya tak terlihat oleh Ezra, yang pandangannya terhalang tanaman berdaun rimbun dalam pot besar di trotoar.

Tanpa sadar, Ezra bergerak mendekat. Meski tak bermaksud menguping, namun keberadaan perempuan itu menggugah rasa ingin tahunya. Ezra melangkah pelan, hingga potongan-potongan percakapan keduanya terdengar. Cukup jelas, meski tersamar oleh lalu lintas sore yang masih cukup ramai.

Ndak. Aku sudah bilang. Aku ndak mau pulang!” kata perempuan tua dengan nada ngotot.

“Tapi, Bu... tolonglah, jangan bikin malu begini,” kata suara lembut memohon. Suara laki-laki.

“Malu? Malu katamu?” nada suara perempuan tua meninggi. “Inget yo, Le!!! Aku belum minta makan sama kamu. Biar Cuma ngemis begini, aku masih sanggup kerja! Aku bisa pulang sendiri!”

“Tapi, Bu,” suara laki-laki itu tetap memohon. Nyaris hampir menangis. Entah kenapa, Ezra merasa lelaki itu dikenalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun