Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Revangga, Pak Dosen Tampan Itu

3 Februari 2016   16:08 Diperbarui: 3 Februari 2016   16:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ezra, gadis berkuncir ekor kuda itu duduk gelisah di boncengan motor. Berkali-kali melirik arloji di pergelangan tangannya, sebelum akhirnya pasrah menatap pasrah antrean panjang kendaraan yang mengular di dekat traffict light.

“Santai aja, Neng. Setengah jam lagi pasti sampai kok,” kata tukang ojek berseragam jaket hijau khas itu menenangkan. Meski sudah berumur hampir separuh baya, dia tampak lihai menyalip di lorong antara dua baris kendaraan roda empat. Tak hanya itu, dia juga lincah berzig-zag menghindari pengendara sepeda motor lainnya yang kerap  nyelonong tanpa peringatan.

“Iya, Pak. Harus sampai sebelum jam delapan ini,” sahut Ezra, masih terdengar cemas.

“Ujian ya, Neng?”

“Iya, Pak.”

Pembicaraan ringan keduanya terhenti oleh sesosok perempuan lanjut usia yang menadahkan tangannya. Wajahnya memelas memancing iba. Tentunya bersaing dengan beberapa pengamen bersuara sumbang, juga penjual koran yang juga berharap mendapat receh dalam 145 detik sebelum lampu berwarna hijau kembali menyala.

Tak tega, Ezra merogoh kantong samping ranselnya cepat-cepat. Mengulurkan selembar rupiah lusuh bergambar Tuanku Imam Bonjol kepada perempuan tua itu.

Ngapain dikasih sih, Neng?” tanya tukang ojek begitu sepeda motor kembali melaju, meninggalkan kemacetan jauh di belakang.

“Yah, kasihan aja sih, Pak,” jawab Ezra setengah berteriak. Mengatasi deru angin yang menerpa dari arah depan.

“Hmmm, kadang yang suka minta-minta itu nggak pantes dikasihanin, Neng. Bisa jadi di kampung dia punya rumah sama mobil,” kata tukang ojek. “Kalau emang niat sedekah, mending disalurkan ke yayasan anak yatim kek, panti jompo kek, apa gitu.”

Ezra terdiam. Iya sih, dia sering mendengar yang seperti itu. Beberapa kali malah menjadi berita nasional. Tapi tetap saja...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun