Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menyemai Mimpi Anak Cucu di Lahan Mereka Sendiri Lewat Badan Bank Tanah

26 Januari 2025   21:43 Diperbarui: 26 Januari 2025   21:43 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan sawah terasering Tegallalang di Kabupaten Gianyar, Bali (Sumber: UNSPLASH/Jason Cooper)

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Saat aku kecil dulu, lagu berjudul Kolam Susu yang dinyanyikan Koes Plus itu sering sekali didendangkan oleh Ayahku. Terkadang almarhumah Ibuku juga ikut bersenandung kecil sambil tersenyum. Memang bagi manusia-manusia Baby Boomer seperti mereka, Koes Plus lebih dari sekadar musisi tapi seniman yang mampu menangkap kepingan sejarah negeri lewat musik.

Sang empunya lagu, mendiang Yon Koeswoyo pernah menjelaskan lirik metafora yang dirilis tahun 1973 itu. Menurutnya, 'tongkat kayu' itu adalah batang pohon sedangkan 'batu' adalah singkong. Imaji Kolam Susu memang boleh menggelinding dengan liar. Namun banyak orang sepakat kalau lagu itu menggambarkan betul kekayaan alam Indonesia mulai dari tanah yang subur hingga matahari bersinar sepanjang tahun, sehingga urusan kebutuhan pangan bukanlah masalah di negara Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Karena tanah di Indonesia bisa membuat 'tongkat kayu' dan 'batu' jadi tumbuhan yang dapat dikonsumsi.

Tetapi, bagaimana jika tanah-tanah surga itu tak pernah benar-benar menjadi milik masyarakat negeri ini?

Bagaimana jika lahan-lahan Ibu Pertiwi yang sepatutnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat justru dikuasai oleh segelintir orang atau entitas yang begitu pongah disebut sebagai oligarki?

Ironis memang.

Tapi itulah masalah yang benar-benar terjadi di daratan Merah Putih ini.

Saat 59% Lahan di Indonesia Milik Para Konglomerat

Prajurit TNI AL merobohkan pagar laut di perairan Tangerang (Sumber: KOMPAS/Fakhri Fadlurrohman)
Prajurit TNI AL merobohkan pagar laut di perairan Tangerang (Sumber: KOMPAS/Fakhri Fadlurrohman)

"Satu persen dari orang Indonesia menguasai hampir 59 tanah di Republik ini, di luar kawasan hutan. Karena itu jangan sampai anak cucu kita nanti tinggal di lahan-lahan milik konglomerat-konglomerat itu. Mereka harus tinggal di lahan-lahan mereka sendiri, melalui reforma agraria," -- Parman Nataatmadja, Kepala Badan Bank Tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun