Mohon tunggu...
Ajeng Arainikasih
Ajeng Arainikasih Mohon Tunggu... Sejarawan - Scholar | Museum Expert | World Traveller

Blogger - Writer - Podcaster www.museumtravelogue.com www.ajengarainikasih.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum dan Tentara Perang Dunia 2 yang "Terlupakan"

13 Februari 2021   11:36 Diperbarui: 13 Februari 2021   12:03 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sata sri akala! Vanakkam! Namaskara!*

Konon katanya, ada pemimpin militer Inggris yang pernah mengatakan bahwa Inggris tidak akan bisa memenangkan 2x Perang Dunia tanpa tentara India mereka. Kini, yang dimaksud dengan "tentara India" tersebut terdiri atas orang-orang dari India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka dan Nepal. 

Pada masa itu, India, Pakistan dan Bangladesh masih menjadi 1 negara dibawah "bendera" British India.  Baru pada tahun 1947, akibat dari Perang Dunia 2, India merdeka dan tidak lagi menjadi koloni Inggris. Kemerdekaan India tersebut juga menyebabkan India dan Pakistan terbagi menjadi 2 negara yang berbeda. Nah, bagaimana sih cerita tentang para tentara British India yang berperang di Perang Dunia 2 ini di narasikan di museum-museum?

Pakistan Army Museum, Rawalpindi dan Lahore, Serta Pakistan Air Force Museum, Karachi

Di Pakistan, cerita tentang Perang Dunia 2 jarang ditampilkan di museum. Biasanya hanya ditampilkan sebagai bagian kecil dari sejarah militer Pakistan. Antara lain di Army Museum yang ada di Rawalpindi dan Lahore. 

Pakistan Army Museum di Rawalpindi sudah eksis sejak tahun 1961 dan bertempat di bangunan kolonial berupa barak dari Pakistan Army's General Headquarters. Museum ini menceritakan tentang sejarah militer Pakistan dari zaman Mughal hingga masa kini, termasuk didalamnya ada sepenggal kisah tentang Perang Dunia 2. 

Sedangkan, Army Museum di Lahore baru didirikan tahun 2017. Sama seperti museum di Rawalpindi, Perang Dunia 2 hanya menjadi bagian kecil dari sejarah Pakistan. 

Museum banyak fokus terhadap peran tentara Pakistan pada masa kemerdekaan (1947) hingga masa kini. Yakni dalam menghadapi terorisme dan sebagai tentara perdamaian PBB. Orang-orang Pakistan yang dahulu tergabung dalam British Indian Army dalam Perang Dunia 2 sepertinya tidak terlalu dibahas di museum-museum tersebut.

Yang menarik, di Pakistan Air Force Museum, Karachi, malah diceritakan mengenai pilot-pilot Perang Dunia 2 dari Polandia yang menjadi pahlawan di Pakistan. Museum ini dibuka tahun 1990 di hanggar Angkatan Udara Pakistan yang sudah tidak terpakai. Museumnya terdiri atas display indoor dan outdoor. 

Nah, di museum ini diceritakan mengenai Wadysaw Jzef Marian Turowicz. Beliau adalah salah satu pilot Polandia yang bertempur untuk pasukan Inggris di Perang Dunia 2. 

Namun, setelah perang usai, ia tidak diterima di negara asalnya, Polandia, yang kemudian dikuasai oleh rezim komunis. Pakistan kemudian menawarkan 30 pilot Polandia untuk tinggal di Pakistan dan menjadi bagian dari Pakistan Air Force. 

Turowicz kemudian menjadi pemimpin yang membantu mendirikan Pakistan Air Force dan dikenal sebagai Bapak "Space and Missile Program" nya Pakistan. Padahal, namanya di Polandia tidak dikenal, tetapi di Pakistan Air Force Museum ada foto-foto dan patung dada Turowicz. 

Lucu ya, orang Pakistan sendiri "absen", tetapi orang luar yang "dilupakan" oleh negaranya sendiri malah diceritakan di museum Pakistan, hehe.. 

Air Force Museum, Ratmalana dan The Hoods Tower Museum, Trincomalee

Seperti Pakistan, di Sri Lanka juga hampir tidak ada museum yang menceritakan mengenai sejarah Sri Lanka dalam Perang Dunia 2. Padahal, selain India, Pakistan, dan Bangladesh, Sri Lanka dan Maladewa juga terlibat dalam Perang Dunia 2 melawan Jepang dibawah "bendera" Inggris. 

Saat itu Sri Lanka juga menjadi bagian dari koloni Inggris yang bernama British Ceylon. Sebelumnya, Sri Lanka juga pernah menjadi koloni Belanda dan Portugis, namun Sri Lanka tidak pernah menjadi bagian dari India. 

Setelah Singapura jatuh ke tangan Jepang, Sri Lanka menjadi pangkalan Inggris untuk Asia Tenggara. Pada hari Easter Sunday di tahun 1942, Jepang menyerbu Sri Lanka (Colombo) melalui serangan udara. 

Namun, saat itu pasukan Inggris sedang tidak berpangkalan di Colombo. Jepang jadi mengurungkan niatnya untuk menduduki Colombo. Walaupun demikian, korban tetap berjatuhan. 

Pada masa perang tersebut penduduk Sri Lanka juga diminta secara "sukarela" untuk menjadi bagian dari tentara Inggris dan ikut berperang dalam Perang Dunia 2. Mereka bahkan ikut bertempur di Burma (kini Myanmar), Malaysia dan Singapura. Di Singapura, tentara Sri Lanka dikenal dengan nama "Lanka Regiment". 

Walaupun demikian, tidak pernah ada "sensus" yang benar untuk mengetahui siapa saja orang Sri Lanka yang berperang di Perang Dunia 2 sebagai bagian dari British Army dan bagaimana cerita personal mereka. Mereka adalah veteran perang yang ceritanya terlupakan. 

Di Sri Lanka, salah satu museum yang memiliki pesawat sisa-sisa Perang Dunia 2 adalah Air Force Museum di Ratmalana. Museum lain yang berkaitan dengan Perang Dunia 2 di Sri Lanka adalah museum situs the Hoods Tower Museum di bekas benteng Belanda, Fort Ostenburg, di Trincomalee. Nama Hoods diambil dari nama Samuel Hoods, komandan East Indies Station di Sri Lanka. 

Dari menara pandang di situs tersebut, dapat terlihat benteng dan wilayah pelabuhan secara keseluruhan. Namun, sebagian besar area museum malah terletak di bawah tanah, di bekas bunker yang dibangun di era Perang Dunia 2. Museum memamerkan koleksi berupa senjata dan peralatan perang. 

Seperti Pakistan, tentara Sri Lanka tampak "terlupakan" di museum Sri Lanka. Walaupun Inggris membangun Cenotaph War Memorial di Colombo dan juga British War Memorial di Addu Attoll Maladewa untuk mengenang pasukannya yang bertempur di Perang Dunia 2 disana, kisah tentang tentara Sri Lanka sendiri tetap under research. Baik tentara yang bertugas di Sri Lanka maupun di luar Sri Lanka seperti di Burma (Myanmar), Malaysia dan Singapura. 

Menurut teman saya yang kebetulan orang Sri Lanka dan bekerja di salah satu museum di Colombo, absennya cerita tersebut disebabkan karena British Ceylon bukan Sri Lanka! Perang Dunia 2 di Sri Lanka adalah perang untuk kepentingan Inggris, dan bukan untuk kepentingan Sri Lanka saat ini. 

Gurkha Memorial Museum, Pokhara dan Military Museum, Kathmandu

Tetapi, beda negara beda cerita! Berbeda dari Pakistan dan Sri Lanka, di museum-museum di Nepal dibahas cerita mengenai tentara mereka. Nepal adalah kerajaan merdeka yang tidak pernah dijajah oleh bangsa Eropa manapun. 

Saat Perang Dunia 2 dimulai, awalnya Jerman mengajak Kerajaan Nepal untuk menjadi "sekutu" Jerman, tetapi raja Nepal menolak. Nepal malah berpihak ke Inggris dan Sekutu. 

Ada perjanjian internal antara Nepal dan Inggris agar Nepal memobilisasi tentaranya untuk kepentingan perang. Ratusan ribu orang Nepal dalam Royal Nepalese Army dan tentara British Gurkha kemudian berperang bersama Inggris dan Sekutu melawan Jepang di Burma (Myanmar), Malaysia, Singapura, dan di tempat-tempat lainnya. 

Bahkan, konon katanya, mereka juga berperang di Surabaya! Nepal juga men-support senjata, juga bahan mentah seperti kayu, teh dan gula untuk keperluan perang bagi Sekutu.

Nah, kisah mengenai para tentara Nepal ini terekam dalam Gurkha Memorial Museum. Museum ini awalnya didirikan tahun 1994 di Kathmandu, namun tahun 2005 dipindah ke Pokhara dan menempati bangunan 3 lantai. 

Museum tidak hanya membahas mengenai tentara British Gurkha saat Perang Dunia 2, tapi bahkan menarik sejarahnya lebih jauh sejak tahun 1815. 

Lantai 1 museum memamerkan tentang kehidupan di distrik Gorkha (salah satu wilayah di Nepal yang menjadi asal usul pasukan Gurkha) dan adat istiadat mereka. Juga sejarah dan tradisi dari masing-masing resimen infanteri. 

Selain foto, di lantai 1 juga diperdengarkan musik regimental march tentara Gurkha yang legendaris. Sedangkan, lantai 2 dan 3 menampilkan seragam, pisau khas Gurkha, dan memorabilia dari berbagai resimen tentara Gurkha yang berbeda-beda. 

Misalnya para insinyur Gurkha, Signals and Transport regiments, Band of the Brigade of Gurkhas , Gurkha Contingent of the Singapore Police Force, Gurkha Dog Company, Gurkha Independent Parachute Company dan Gurkha Military Police. 

Di museum disebutkan bahwa selama Perang Dunia 2, sebanyak 120.000 tentara Gurkha ikut berperang dan 20.000 diantaranya gugur. Tentara Gurkha sendiri dikenal sebagai tentara yang pemberani, kuat dan tidak takut mati.

Selain itu, cerita mengenai tentara Gurkha ini juga ditampilkan di Military Museum di Kathmandu. Namun, ceritanya tidak selengkap di Gurkha Memorial Museum. Di museum di Kathmandu ini "hanya" dipamerkan senjata, pisau Gurkha, foto, seragam dan medali para tentara Nepal tersebut.

Nepal, yang bukan bekas negara koloni Eropa manapun, memperingati peran mereka di Perang Dunia 2 dengan cara mengangkat cerita tentang tentara mereka sendiri. Sebaliknya, Pakistan dan Sri Lanka adalah negara bekas koloni Eropa (dalam hal ini, Inggris). 

Jadi, fokus di museum-museumnya adalah pada kejadian nation-building pasca-colonial era. Seperti umumnya negara-negara bekas negara jajahan, cerita masyarakat lokal memang seringnya "tenggelam" dibandingkan dengan kisah penjajah berkebangsaan Eropa.

 Buktinya, cerita tentang tentara Pakistan dan Sri Lanka yang tergabung dalam British Army dalam Perang Dunia 2 tampak "terlupakan" di museum-museum Pakistan dan Sri Lanka. 

Menarik ya! Ternyata latar belakang sejarah kolonialisme suatu negara juga mempengaruhi narasi museum di negara tersebut. 

*Halo dalam Bahasa Punjabi adalah sata sri akala; vanakkam dalam Bahasa Tamil juga berarti halo; sedangkan namaskara adalah halo dalam Bahasa Nepali.

Disclaimer: tulisan ini sudah pernah dipublikasikan di blog pribadi penulis: www.museumtravelogue.com. Juga tersedia dalam bentuk rekaman podcast di akun #MuseumTravelogue Talk yang dapat didengarkan di Spotify, Anchor, Google Podcasts, ataupun Apple Podcasts. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun