Mohon tunggu...
Zahra AzharS
Zahra AzharS Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Transformasi Tukang Sayur Digital

5 Februari 2019   17:03 Diperbarui: 5 Februari 2019   17:29 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demikian halnya dengan industri pertanian. Kementerian Pertanian sendiri sudah meluncurkan aplikasi yang bisa membantu petani dan masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian. 

Adapun aplikasi yang serupa tetapi berbeda karena memiliki fitur untuk memantau investasi dalam bidang pertanian. Terdapat juga aplikasi untuk memesan kebutuhan produksi, memotong rantai distribusi pertanian seperti kecipir, limakilo, tanihub, simbah, tukangsayur.co, dan sayurBox.

Setiap aplikasi memiliki manfaat yang berbeda untuk masyarakat. Seperti halnya limakilo dan sayurBox yang memiliki konsentrasi untuk beberapa produk. Tanihub yang memiliki program pula untuk meminjam uang sebagai modal, simbah memiliki peran sebagai pemberi informasi pertanian, dan tukangsayur.co yang mempermudah ibu rumah tangga dalam menyiapkan bahan masakannya.

Contoh negara lain yang juga mengandalkan pertanian untuk memenuhi kebutuhannya adalah India. 24,8% pekerjaan dipenuhi oleh petani dengan jumlah 118,9 juta orang. Masyarakat di sana pun menyadari bahwa perlu adanya platform yang bisa memangkas gap antara petani dan konsumen. 

Terdapat tiga aplikasi yang dirilis yaitu aplikasi untuk mengetahui informasi harga, megelola sektor peternakan, dan sarana komunikasi antara petani dan masyarakat. Mereka juga meluncurkan program dalam salah satu aplikasinya untuk bisa membeli langsung produk hasil tani dari petani.

Pengembangan aplikasi memang penting dikarenakan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Selama ini petani memiliki pendapatan jauh dari harga beli konsumen Kita ambil satu contoh bahan makanan yang sering digunakan di Indonesia dan harganya sering melambung tinggi di pasaran yaitu cabai.

Petani menjual cabai seharga Rp 6.000 per kg nya lalu dilanjutkan kepada pengepul. Pengepul akan memasok ke pasar induk dan barulah masuk ke pengecer di pasar-pasar tradisional hingga ke tukang sayur keliling.

Harga yang sampai ke tangan konsumen pun bisa mencapai Rp15.000 per kg.5 Pada kasus tersebut terjadi kenaikan harga sebesar 40% dari harga yang dijual oleh petani, tetapi petani tidak merasakan keuntungannya. Melihat jumlah pengunduh aplikasi terkait pemotongan rantai distribusi pangan di Indonesia maupun India mencapai lebih dari 50.000 orang. 

Memang belum sebanyak e-commerce lainnya yang mencapai jutaan pengguna dan transaksinya mengalir setiap harinya. Akan tetapi, hal tersebut menunjukkan adanya peluang untuk bisa menyejahterakan petani.

Seperti halnya kehadiran teknologi dalam sendi kehidupan lain, kemajuan aplikasi layaknya dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Ada sisi keuntungan dan kerugian.

Dalam hal ini, adalah abang tukang sayur. Posisi mereka sangat potensial kehilangan pekerjaan. Namun di sisi lain, ibu rumah tangga akan lebih diuntungkan demikian halnya petani sebagai produsen awal sayuran dan hasil alam lainnya. Hal ini menuntut kreativitas dan keseimbangan dalam menjamin kesejahteraan setiap rantai pasokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun