Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Soal Pilihan Ganda Tidak Populer di Sekolah Ini

22 September 2023   08:51 Diperbarui: 22 September 2023   21:02 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyoal Soal Pilihan Ganda: Untung Rugi, Bijaksana Dipakai di Bangku SMA

Semasa di SMA, para guru kami di SMA Kolese Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, memakai berbagai model soal ujian, antara lain soal pilihan ganda, soal esai, soal praktikum, dan soal campuran. Khusus soal pilihan ganda, jarang atau malahan tidak dipakai sama sekali untuk menguji kami, terutama untuk pelajaran tertentu, seperti Bahasa Latin, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah Nasional dan Dunia, Cantus atau Seni Suara, termasuk Seni Teater. 

Tentu para guru kami memiliki alasan tertentu mengapa soal pilihan ganda ini tidak digunakan untuk ujian di sekolah kami.

Contohnya, Mas Sutanto Mendut-- budayawan dan presiden Komunitas Lima Gunung itu--, adalah guru seni drama dan teater di sekolah kami, kala itu. Mas Tanto (demikian kami memanggil guru kami), tak pernah memakai soal pilihan ganda dalam menguji kami para siswanya. Dia menguji memakai metode praktik pentas drama pendek di atas panggung yang sarananya tersedia di sekolah kami.

Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, soal pilihan ganda sesekali dipakai guru kami, Pak Gunawan bidang sastra, dan Pak Sunaryo bidang diksi dan gramatika. Soal pilihan ganda dicampur model soal esai dan karya tulis siswa. Khusus Bahasa Latin, Pak Willy Setiarjo guru Bahasa latin kami, sangat jarang sekali atau nyaris tak pernah memakai soal pilihan ganda untuk menguji kami para siswanya.  

Untuk menguji siswa dalam memahami Sastra Indonesia misalnya, Pak Gunawan menugasi kami untuk membuat karya tulis (seperti skripsi) analisis konten sebuah karya sastra dari perspektif analisis unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Dan itu tantangan tersendiri bagi kami para siswa SMA ini untuk menyelesaikan tugas itu dengan sempurna, nun di kala itu.

Uniknya, Pak Sunaryo guru Bahasa Indonesia bidang diksi dan gramatika Indonesia, menguji kami hampir setahun penuh tak memakai soal pilihan ganda, khususnya bagi kami siswa yang duduk di kelas 3 SMA atau kelas 12. Pelajaran selalu diisi teori dan praktik ujian terus-menerus, membahas satu hal soal esai dari suatu kasus kalimat tertentu. Pertanyaannya selalu: "tentukan struktur mana DM-MD, SPOK, mana induk kalimat dan anak kalimat dari sebuah kalimat berikut ini".

Siswa diminta maju satu-satu untuk dikoreksi hasil esainya. Jika dinyatakan lulus, siswa mendapat poin nilai tertentu. Jika siswa gagal dan salah menjawab esai, dia boleh mengulang sampai dinyatakan benar dan lulus. Bayangkan, bagaimana ruang kelas menjadi aktif karena kami disibukkan oleh model pembelajaran dan ujian semacam itu. Seru dan penuh tantangan.

Oiya, apakah kami bisa saling mencontek untuk urusan soal esai semacam ini? Eits, jangan salah. Hal itu bisa mudah dilakukan, tetapi tak ada siswa yang mau mengambil risiko. Kami para siswa seminari tahu bahwa aturan utama bersekolah di SMA khusus cowok ini adalah "Dilarang Mencontek" atau "mengorupsi ilmu dari kawan lain", untuk semua jenis mata pelajaran apa pun yang diajarkan oleh para guru kami. Itu larangan keras! Jika siswa ketahuan sekali saja mencontek, dia langsung di-DO, dikeluarkan dari sekolah! Maka kami para siswa seminari sangat memegang teguh prinsip itu jika masih terus ingin bersekolah di SMA pendidikan calon pastur atau santri Katolik ini.

Ilustrasi pendek di atas untuk menggambarkan bahwa soal pilihan ganda bukan menjadi model dominan yang dipraktikkan oleh guru untuk menguji siswa di SMA, setidaknya itu yang terjadi di SMA kami ini. Penulis tidak memiliki pemahaman lebih luas apakah di SMA lain model soal pilihan ganda lebih dominan atau tidak dipakai untuk metode menguji siswa.

Pertanyaannya, apakah model soal pilihan ganda masih relevan bagi siswa setingkat SMA dibanding model soal lainnya? Apa untung-ruginya memakai soal pilihan ganda bagi siswa dan guru? Bagaimana sekolah setingkat SMA bijaksana memakai soal pilihan ganda untuk memajukan kualitas pendidikan di sekolah? Ulasan pendek ini membahas atau menyoal soal itu.

Apa itu Model Soal Pilihan Ganda

Model soal pilihan ganda adalah bentuk pertanyaan ujian atau evaluasi di sekolah yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan dengan beberapa pilihan jawaban, di mana hanya satu jawaban yang benar. Siswa diharuskan untuk memilih jawaban yang dianggap benar dari pilihan yang disediakan.

Menurut penulis, secara umum ciri-ciri soal pilihan ganda, antara lain:

Pertanyaan atau Pernyataan: Setiap soal pilihan ganda berisi pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa.

Pilihan Jawaban: Di bawah pertanyaan atau pernyataan, terdapat beberapa pilihan jawaban yang disediakan. Biasanya, ada minimal dua pilihan jawaban dan bisa lebih banyak, bergantung pada desain soalnya.

Jawaban yang Benar: Dari semua pilihan jawaban yang disediakan, hanya satu jawaban yang dianggap benar oleh guru atau pengawas ujian.

Format Tanda: Siswa biasanya diminta memberikan tanda atau tanda silang (X) atau lingkaran (O) pada pilihan jawaban yang mereka anggap benar.

Skor Tertentu: Biasanya, skor penuh diberikan jika jawaban yang benar dipilih, sementara tidak ada skor atau skor yang lebih rendah diberikan jika jawaban yang salah atau tidak dijawab. Range skor biasanya antara 10 - 100.

Model soal pilihan ganda ini umumnya masih digunakan di berbagai tingkat pendidikan, dari SD, SMP, SMA,  hingga perguruan tinggi di Indonesia. Namun, menurut catatan penulis, jenis soal pilihan ganda ini cenderung mengukur pemahaman secara dangkal dan kurang efektif dalam mengukur kemampuan siswa untuk berpikir kritis atau menganalisis secara mendalam. Entah, bagaimana menurut pandangan pembaca budiman, Ibu-Bapak Guru Kompasianer, sekalian?

Oleh karena itu, baiklah kita mendalami jenis-jenis model lainnya selain soal pilihan ganda.  Mari kita kemon.

Beberapa Model Lain selain Soal Pilihan Ganda

Selain soal pilihan ganda, seperti kita tahu, terdapat beberapa model soal lain yang digunakan dalam ujian dan evaluasi di sekolah. Berikut adalah beberapa model soal yang umum digunakan:

Soal Esai: Soal esai mengharuskan siswa untuk memberikan jawaban dalam bentuk tulisan yang lebih panjang. Ini memungkinkan siswa untuk menjelaskan pemahaman mereka secara mendalam, menyusun argumen, atau memberikan pemikiran yang lebih rinci tentang suatu topik.

Soal Benar/Salah: Dalam soal benar/salah, siswa hanya perlu memutuskan apakah pernyataan yang diberikan adalah benar atau salah. Ini dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konseptual.

Soal Isian Singkat: Soal isian singkat (fill-in-the-blank) meminta siswa untuk mengisi ruang kosong dalam kalimat atau pernyataan dengan kata atau frase yang benar. Ini menguji pemahaman siswa terhadap konsep dan detail spesifik.

Soal Pendekatan Kasus: Soal pendekatan kasus mengharuskan siswa untuk menganalisis situasi atau kasus tertentu dan memberikan solusi atau jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.

Soal Penugasan Proyek: Jenis soal ini melibatkan tugas proyek yang lebih luas, di mana siswa harus melakukan penelitian, mengumpulkan data, atau menghasilkan produk atau presentasi tertentu. Ini mengukur keterampilan praktis dan kemampuan untuk bekerja mandiri. Contohnya, tugas analisis isi sebuah karya sastra seperti kisah Pak Gunawan yang penulis ceritakan di awal tulisan ini.

Soal Ujian Lisan: Ujian lisan melibatkan interaksi langsung antara guru dan siswa, di mana siswa harus menjawab pertanyaan secara verbal. Ini dapat mengukur pemahaman lisan, keterampilan komunikasi, dan kemampuan berbicara di depan umum.

Soal Praktikum atau Demonstrasi: Soal praktikum atau demonstrasi meminta siswa untuk melakukan eksperimen atau tugas fisik tertentu untuk menguji pemahaman praktis dalam mata pelajaran tertentu, seperti sains atau seni. Contohnya, ini dipraktikkan oleh guru teater kami Mas Sutanto Mendut kepada kami, seperti penulis ceritakan di atas tadi.

Soal Urutan atau Penomoran: Soal ini meminta siswa untuk mengurutkan atau menomori item atau peristiwa dalam urutan yang benar, misalnya, mengurutkan tanggal sejarah atau langkah-langkah dalam sebuah proses. Hal ini untuk menguji kemampuan logika dasar siswa.

Soal Matching (Pencocokan): Soal pencocokan mengharuskan siswa untuk mencocokkan antara dua daftar item yang berhubungan, seperti pasangan sinonim, rumus matematika dengan deskripsi, atau gambar dengan nama-nama objek. Ini juga untuk mengasah keterampilan berpikir kritis, logis dan analitis siswa.

Soal Tipe Campuran: Beberapa ujian dapat menggunakan kombinasi dari berbagai jenis soal di atas, untuk mengukur berbagai aspek pemahaman dan keterampilan siswa.

Nah, menurut penulis, pentin dicatat bahwa pilihan jenis soal yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, konteks pendidikan, dan kemampuan siswa yang diukur. Penggunaan beragam jenis soal dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kompetensi siswa.

Alasan Umum Soal Pilihan Ganda Masih Digunakan di Sekolah  

Menurut catatan penulis, ada beberapa alasan mengapa soal pilihan ganda menjadi populer di pendidikan di Indonesia, yaitu:

Efisiensi Penilaian: Soal pilihan ganda memungkinkan penilaian yang cepat dan efisien terhadap sejumlah besar siswa. Ini menjadi penting dalam situasi di mana ada banyak siswa yang harus dinilai.

Objektivitas: Soal pilihan ganda memiliki kunci jawaban yang jelas dan standar, sehingga dapat mengurangi potensi bias dalam penilaian.

Konsistensi: Soal pilihan ganda memberikan konsistensi dalam penilaian karena semua siswa menghadapi pertanyaan yang sama dengan pilihan jawaban yang sama.

Penilaian Nasional: Soal pilihan ganda sering digunakan dalam ujian nasional di Indonesia, seperti Ujian Nasional (UN) dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Fakta di lapangan, eh bukan maksud saya fakta di sekolah, bahwa soal pilihan ganda memang masih populer dipakai di sistem pendidikan kita. Namun demikian, meskipun soal pilihan ganda populer, penting untuk diingat bahwa penggunaan jenis soal ini tidak selalu cocok untuk semua mata pelajaran atau tujuan pendidikan. 

Beberapa mata pelajaran atau tujuan pengajaran mungkin lebih baik diukur dengan jenis soal yang lebih kompleks, seperti esai, praktikum, atau ujian lisan. Contoh Ilustrasi praktik pendidikan di SMA kami di awal tulisan ini menggambarkan dengan jelas hal ini.

Oleh karena itu, dalam beberapa kasus, guru dan lembaga pendidikan di Indonesia penting juga menggunakan jenis soal lainnya untuk mengukur pemahaman dan kemampuan siswa secara lebih mendalam. Menurut saya begitu.

Artinya, penggunaan soal pilihan ganda atau jenis soal lainnya harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran, dan konteks pendidikan yang spesifik.

Untung-ruginya Soal Pilihan Ganda

Penggunaan soal pilihan ganda dalam ujian di sekolah, menurut penulis memiliki keuntungan dan kerugian tertentu. Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan soal pilihan ganda:

Keuntungan Soal Pilihan Ganda

Efisiensi waktu: Soal pilihan ganda memungkinkan guru untuk menilai sejumlah besar siswa dalam waktu yang relatif singkat. Ini sangat berguna dalam situasi di mana waktu terbatas.

Objektivitas: Jawaban yang benar atau salah pada soal pilihan ganda umumnya lebih mudah ditentukan secara objektif dibandingkan dengan jenis soal lainnya, seperti esai. Ini dapat mengurangi potensi bias dalam penilaian.

Cakupan materi yang luas: Soal pilihan ganda dapat mencakup berbagai topik atau konsep dalam satu tes. Ini memungkinkan untuk mengukur pemahaman siswa tentang berbagai materi.

Mengurangi tekanan mental: Beberapa siswa mungkin merasa lebih nyaman dengan soal pilihan ganda karena mereka memiliki pilihan jawaban yang disediakan. Ini dapat membantu mengurangi tekanan mental saat menghadapi ujian.

Pengujian keterampilan pemahaman: Soal pilihan ganda dapat dirancang untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa tentang konsep-konsep kunci.

Kerugian Soal Pilihan Ganda

Kurang mendalam: Soal pilihan ganda cenderung mengukur pengetahuan siswa secara dangkal. Mereka mungkin tidak mengukur kemampuan siswa untuk menganalisis, mengkritik, atau menyusun argumen dengan baik.

Memungkinkan menebak: Siswa dapat menebak jawaban yang benar bahkan jika mereka tidak benar-benar memahami materi. Ini dapat menghasilkan skor yang tidak mencerminkan pemahaman sebenarnya.

Keterbatasan format: Beberapa jenis pertanyaan atau materi yang lebih kompleks tidak dapat diukur secara efektif dalam format soal pilihan ganda.

Tidak mendorong pemikiran kreatif: Soal pilihan ganda cenderung memerlukan pemilihan jawaban yang sudah ada, bukan pembuatan jawaban yang unik atau kreatif.

Kecenderungan ke arah hafalan: Siswa mungkin cenderung hanya menghafal fakta-fakta daripada memahami konsep secara mendalam karena format soal pilihan ganda seringkali menguji pengetahuan faktual.

Pilihan untuk menggunakan soal pilihan ganda atau jenis soal lainnya seperti soal esai misalnya, dalam ujian harus dipertimbangkan dengan cermat berdasarkan tujuan pengajaran, jenis materi yang diuji, dan preferensi guru.

Kombinasi dari berbagai jenis soal dalam sebuah tes mungkin dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pemahaman siswa. Iya tidak sih?

Memakai Soal Pilihan Ganda di Tiap Jenjang Pendidikan

Menurut penulis, soal pilihan ganda dapat digunakan di berbagai jenjang pendidikan, tetapi kecocokannya dapat bervariasi tergantung pada tujuan pengajaran, tingkat perkembangan siswa, dan materi pelajaran yang diajarkan. 

Berikut adalah beberapa pertimbangan tentang sebaiknya soal pilihan ganda dipakai di jenjang pendidikan apa:

Sekolah Dasar dan Menengah Pertama: Soal pilihan ganda dapat digunakan dengan baik di sekolah dasar dan menengah pertama untuk mengukur pemahaman konsep dasar dalam berbagai mata pelajaran seperti matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan sejarah. Namun, sebaiknya diimbangi dengan jenis soal lain yang mendorong pemahaman konsep secara lebih mendalam.

Menengah Atas: Soal pilihan ganda masih umum digunakan di tingkat menengah atas, terutama dalam ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. Namun, pada tingkat ini, sebaiknya digabungkan dengan soal esai atau tugas proyek untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir kritis, analisis, sintesis, logis.

Perguruan Tinggi: Di perguruan tinggi, penggunaan soal pilihan ganda dapat bervariasi bergantung pada mata pelajaran dan program studi. Soal pilihan ganda masih relevan dalam mengukur pengetahuan dasar dalam mata pelajaran tertentu, tetapi soal jenis lain seperti esai, tugas penelitian, atau presentasi mungkin lebih sering digunakan untuk mengukur pemahaman yang lebih mendalam dan mengukut kemampuan analisis mahasiswa.

Pelatihan Profesional dan Pendidikan Tinggi: Di tingkat pendidikan tinggi yang berfokus pada pelatihan profesional, seperti sekolah kedokteran, hukum, atau bisnis, soal pilihan ganda mungkin masih digunakan dalam ujian standar. Namun, ujian praktik dan evaluasi klinis sering kali lebih relevan untuk mengukur keterampilan praktis.

Menurut penulis, sekali lagi, penting untuk mencatat bahwa penggunaan soal pilihan ganda harus disesuaikan dengan konteks pendidikan dan tujuan pengajaran. Jika tujuan bersekolah adalah untuk mengukur pemahaman konsep dasar, maka soal pilihan ganda bisa sangat berguna.

Namun, jika tujuan bersekolah adalah untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, analisis, atau kreativitas siswa, maka jenis soal yang lebih mendalam mungkin lebih cocok. Kombinasi berbagai jenis soal dalam sebuah tes atau evaluasi dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kemampuan siswa. Benar kan?

Penting Sikap Bijaksana Memakai Soal Pilihan Ganda

Penting untuk memiliki sikap bijaksana dalam menggunakan soal pilihan ganda dalam konteks pendidikan. Berikut ini beberapa alasan mengapa sikap bijaksana itu sangat diperlukan:

Tujuan Pengajaran yang Jelas: Sebelum menggunakan soal pilihan ganda, guru atau pengajar harus memiliki tujuan pengajaran yang jelas. Pertanyaan yang dirancang harus sesuai dengan tujuan tersebut. Sikap bijaksana berarti merenungkan apakah soal pilihan ganda dapat benar-benar mengukur pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan.

Variasi dalam Jenis Soal: Penting untuk menghindari penggunaan berlebihan soal pilihan ganda dan mempertimbangkan variasi dalam jenis soal. Ini termasuk menggunakan soal esai, tugas proyek, dan jenis soal lainnya yang mengukur kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa.

Menghindari Soal yang Terlalu Mudah atau Terlalu Sulit: Sikap bijaksana dalam perancangan soal pilihan ganda juga berarti menghindari pertanyaan yang terlalu mudah atau terlalu sulit. Pertanyaan yang terlalu mudah mungkin tidak memungkinkan pengukuran yang akurat, sementara pertanyaan yang terlalu sulit dapat menghambat motivasi siswa.

Pertimbangkan Bahasa dan Kehidupan Nyata: Pastikan pertanyaan dan pilihan jawaban dalam soal pilihan ganda relevan dengan kehidupan nyata dan bahasa yang digunakan dalam pengajaran. Hindari bahasa yang ambigu atau merujuk pada konsep yang tidak diajarkan.

Menghindari Bias: Sikap bijaksana berarti menghindari pertanyaan atau pilihan jawaban yang memiliki bias tertentu, seperti jenis kelamin, agama, atau budaya. Soal harus dirancang agar adil dan netral dari segi budaya bagi semua siswa.

Menggunakan Format yang Jelas: Pastikan format soal pilihan ganda mudah dipahami oleh siswa. Format yang jelas membantu siswa fokus pada konten materi daripada membingungkan oleh cara pertanyaan dirumuskan.

Menggunakan Evaluasi Periodik: Guru atau pengajar sebaiknya melakukan evaluasi berkala terhadap penggunaan soal pilihan ganda, baik dari segi efektivitas dalam mengukur pemahaman siswa maupun dari respons siswa terhadap jenis soal tersebut. Ini dapat membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan penilaian.

Dengan sikap bijaksana dalam penggunaan soal pilihan ganda, guru dan pengajar dapat memastikan bahwa jenis soal ini digunakan secara efektif untuk mengukur pemahaman siswa dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Non Scholae Sed Vitae Discimus

Menyudahi ulasan ini, penulis ingin mengingatkan para guru dan kita semua untuk kembali pada pepatah latin tentang tujuan kita belajar dan mengerjakan soal soal ujian di sekolah, yang mengatakan "Non Scholae Sed Vitae Discimus". 

Yang artinya: kita belajar bukan untuk sekolah, tetapi belajar untuk hidup. Begitulah kira-kira ulasan ini semoga bermanfaat, majulah kualitas pendidikan Indonesia!

SELESAI  -penulis adalah mantan pelajar SMA Kolese Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun