Beberapa studi kasus ini menunjukkan bahwa implementasi sensor OTT adalah tantangan yang kompleks dan masih dalam tahap perkembangan.
Keberhasilan dan kegagalan dalam mengatur konten di layanan OTT, harusnya membawa pembelajaran penting bagi pemerintah, penyedia layanan, dan masyarakat penonton (pengguna internet dan OTT) untuk membangun pendekatan yang lebih baik dan lebih seimbang dalam pengaturan konten di dunia digital.
Menyudahi Ulasan
Keadaan terus berubah. Ruang sensor tidak lagi berada di ruang bunker "Restricted Area" tertutup bersuhu dingin seperti saat penulis menyensor film Basic Instinct, seperti dikisahkan di awal tulisan ini.
Di era digital sekarang sensor OTT merupakan tantangan kompleks dalam lingkungan digital yang terus berkembang.
Mekanisme sensor OTT terus menghadapi beragam tantangan, mulai dari klasifikasi konten yang kompleks hingga upaya penghindaran sensor. Volume konten harian yang besar, variasi budaya, dan perkembangan teknologi memperumit implementasi sensor yang efektif.
Meskipun sensor adalah alat penting untuk melindungi pengguna (masyarakat) dari konten yang melanggar dan merugikan, pendekatan yang matang dan seimbang sangatlah penting. Pendekatan seimbang itu menyangkut: pentingnya kebebasan berekspresi dan perlindungan privasi. Dua hal ini adalah kunci yang harus kita  jaga bersama.
Regulasi yang berlebihan dapat menghambat inovasi dan kebebasan berbicara. Sementara regulasi yang terlalu longgar dapat mengancam privasi pengguna dan keamanan online. Perlindungan privasi pengguna harus diutamakan, sambil juga mempertimbangkan kebebasan berbicara dan hak-hak individu. Nah, begitulah kura kura rumitnya!Â
SELESAI * penulis adalah praktisi televisi dan sarjana ilmu Komunikasi Fisipol UGM.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI