Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Basic Instinct dan Rumitnya Sensor Konten OTT di Era Digital

21 Agustus 2023   12:43 Diperbarui: 21 Agustus 2023   17:31 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi "Basic instinct dan rumitnya sensor konten OTT..."(sumber image: freepik.com) 

Ragam Konten: Ragam konten di layanan OTT mencakup berbagai jenis, seperti video, audio, dan teks. Kompleksitasnya bisa berkisar dari konten hiburan hingga berita, pendidikan, atau konten politik. Nah rumitnya, mekanisme sensor OTT harus mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap jenis konten ini secara akurat dan efisien.

Skala dan Volume: Layanan OTT menghasilkan jumlah konten yang sangat besar setiap harinya. Proses sensor OTT harus dapat mengatasi arus volume konten yang tinggi ini dengan cepat dan tanpa mengorbankan akurasi. Nah, teknologi otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) harus disiapkan untuk mengelola tantangan ini.

Kecepatan Internet: Kecepatan dan kualitas internet pengguna dapat mempengaruhi bagaimana konten OTT diakses dan ditonton. Sensor OTT mungkin perlu mempertimbangkan situasi koneksi internet lambat atau tidak stabil, serta cara beradaptasi dengan kualitas konten yang disesuaikan.

Perangkat: Umumnya pengguna mengakses konten OTT melalui berbagai perangkat, termasuk smartphone, tablet, komputer, dan smart TV. Setiap perangkat memiliki karakteristik tampilan dan pengalaman yang berbeda. Nah, di sinilah mekanisme sensor OTT harus mampu memastikan konten diakses dengan tepat pada berbagai jenis perangkat ini.

Menurut penulis, dalam merancang mekanisme sensor OTT, semua faktor di atas harus dipertimbangkan untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi sensor tidak hanya efektif dalam mengidentifikasi konten yang melanggar aturan, tetapi juga memperhatikan kebebasan berekspresi, privasi, dan kebutuhan pengguna. Iya kan, iya nggak. Yaiyalah. Iya donk.

Menurut penulis, keselarasan antara perlindungan dan kenyamanan pengguna dengan norma hukum dan budaya yang berlaku, sangat penting dalam upaya mengatur konten OTT secara efektif.

Tantangan Rumitnya Sensor OTT di Era Digital

Menurut catatan penulis, secara khusus beberapa tantangan kerumitan mekanisme sensor OTT di era digital, antara lain:

Batasan Teknis: yakni kendala dalam mendeteksi dan mengawasi konten pada platform OTT. Artinya, kendala teknis seperti variasi format konten (video, audio, teks), bahasa yang berbeda, dan metode penyampaian yang beragam membuat pengembangan algoritma sensor yang efektif menjadi kompleks (rumit). Beberapa konten mungkin menggunakan kode atau bahasa yang khusus atau bervariasi, sehingga mempersulit proses deteksi oleh perangkat sensor otomatis.

Konten yang Beragam: yakni sulitnya mengklasifikasikan konten yang kompleks atau ambigu. Konten di layanan OTT seringkali sangat beragam dan kompleks. Misalnya, mengklasifikasikan konten berita yang kontroversial atau konten seni yang konteksnya ambigu bisa menjadi tantangan. Nah, Algoritma sensor harus mampu (tidak bingung) memahami konteks dan nuansa ini untuk menghindari kesalahan dalam menilai konten yang sedang diproses sensor OTP.

Sensor Dinamis: yakni perubahan cepat dalam jenis konten dan platform, mengharuskan regulasi yang fleksibel. Dunia digital berkembang pesat dengan munculnya jenis konten baru dan platform baru secara terus-menerus. Nah, Sensor OTT harus dapat mengikuti perubahan ini dengan cepat dan memiliki regulasi yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan tren dan perkembangan terbaru.

Penghindaran Sensor: Pengguna atau penyedia konten mungkin berusaha untuk menghindari sensor OTT dengan menggunakan taktik seperti mengganti kata kunci, merubah format video audio, atau menggunakan kode tersembunyi. Nah, ini menuntut perkembangan konstan dalam teknologi sensor untuk mengatasi upaya penghindaran ini. Mungkin hal ini tidak mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun