Tantangan-tantangan di atas, menggambarkan kompleksitas dalam mengatur dan mengawasi konten di lingkungan OTT yang cepat berubah.
Mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan kombinasi teknologi sensor yang canggih (terupdate), kerjasama dengan penyedia layanan dan platform OTT, serta regulasi yang cerdas dan fleksibel dari Pemerintah.
Pemerintah dan otoritas KPI misalnya, perlu bekerja sama dengan industri, ahli teknologi, dan masyarakat sipil untuk mengembangkan solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan (kerumitan) ini dengan menjaga keseimbangan antara keamanan, privasi, dan kebebasan berekspresi.
Teknologi Dalam Sensor OTT
Menurut penulis, saat sekarang ada beberapa model teknologi yang mungkin bisa dipakai untuk membantu pelaksanaan sensor OTT, di antaranya:
Penerapan AI dan Machine Learning:Â Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan mesin pembelajaran (machine learning) dapat digunakan secara luas dalam mekanisme sensor OTT. Algoritma cerdas dilatih dengan dataset yang mencakup berbagai jenis konten yang melanggar, sehingga mereka dapat belajar untuk mengenali pola dan karakteristik yang mengindikasikan konten yang melanggar. Dengan adanya AI, sensor otomatis dapat memperbaiki akurasi dan efisiensi dalam mengidentifikasi konten yang melanggar aturan.
Analisis Sentimen: yakni penggunaan analisis bahasa dan sentimen untuk mengidentifikasi konten merugikan. Teknik analisis bahasa alami dan sentimen digunakan untuk memahami makna dan emosi dalam konten teks. Ini memungkinkan sensor untuk mengidentifikasi konten yang mungkin memiliki dampak merugikan, seperti ancaman, ujaran kebencian, atau hasutan. Analisis ini dapat membantu mengklasifikasikan konten dengan lebih baik dan memahami tujuan komunikasi di baliknya.
Filter Konten: yakni penggunaan filter berbasis kata kunci dan gambar untuk mencegah konten tertentu. Filter berbasis kata kunci dan gambar digunakan untuk mencegah konten tertentu dari ditampilkan atau diunggah. Filter ini dapat memblokir kata-kata atau frasa yang berkaitan dengan konten yang melanggar, serta mengidentifikasi gambar atau video yang mengandung konten yang tidak pantas. Filter ini berfungsi sebagai lapisan pertama dalam menghindari konten melanggar masuk ke platform.
Dalam upaya mengatasi kompleksitas konten digital, teknologi semacam ini menurut penulis, mungkin memberikan cara efektif untuk memperkuat mekanisme sensor OTT.
Namun, perlu diingat bahwa teknologi tidak selalu sempurna dan dapat menghadapi tantangan seperti konten palsu atau upaya penghindaran sensor.
Oleh karena itu, teknologi perlu diterapkan dengan bijak dan selalu dikombinasikan dengan pengawasan manusia (tim QC khusus) yang tepat untuk memastikan bahwa keputusan sensor yang diambil adalah akurat dan adil.
Namun, penulis mencatat bahwa teknologi ini juga dapat menjadi kontroversial karena berpotensi mempengaruhi kebebasan berekspresi dan hak privasi masyarakat. Oleh karena itu, penting hati hati untuk mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi sensor ini dengan bijak dan sesuai dengan norma-norma hak asasi manusia. Keseimbangan antara perlindungan dan kebebasan menjadi kunci dalam mengelola teknologi sensor OTT.