Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sandhyakalaning Baruklinting-Tragedi Kisah Tersembunyi (Episode#24)

11 Mei 2023   07:06 Diperbarui: 21 Mei 2023   10:38 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam pengungsian #24, designed by Wibhyanto/Dokumen pribadi

"Maafkan jika saya keliru menyampaikan berita. Menurut punggawa itu, berbagai kerusuhan dan pembakaran rumah-rumah terutama terjadi di Pasar Gede. Sedangkan alun-alun telah dikuasai oleh sekelompok massa yang sewaktu-waktu merangsek dan menjarah Ndalem Wanabayan, sinuwun".

"Kekacauan Kotapraja seperti ada pihak yang mengatur dan mengendalikan, sinuwun". Ki Demang Srandak menambahkan apa yang dikatakan Ki Demang Pandak.

"Mengapa kau katakan demikian, Ki Demang Srandak?", tanya Ki Ageng Wanabaya.

"Sebab sesuai pengamatan saya langsung, beberapa hari lalu di Kotapraja. Berbagai tindak kerusuhan di beberapa tempat dalam Kotapraja, selalu meninggalkan banyak korban tewas di kalangan penduduk. Sementara tak ada satu pun pihak perusuh yang berhasil ditangkap warga. Setiap kali usai membuat kerusuhan, para perusuh itu lalu pergi, seperti menghilang begitu saja. Artinya para perusuh itu adalah orang-orang tergolong berilmu tinggi dan terlatih dalam olah perang keprajuritan. Demikian, sinuwun". Ki Ageng Wanabaya menarik napas dalam-dalam. Dia berpikir keras atas pelaporan Ki Demang Srandak dan Demang Pandak.

"Jika demikian, walaupun tak ada perusuh yang tertangkap. Adakah ciri-ciri khusus apa yang bisa diamati dari para perusuh itu, Ki?". Tanya Ki Ageng Mangir lagi.

"Menurut saya ada, sinuwun. Ciri-ciri mereka memakai pakaian serba hitam yang bergerak cepat seperti kelebatan bayangan. Mereka orang-orang layaknya pasukan khusus yang berilmu tinggi. Ciri lainnya, di antara mereka ada yang membawa bendera berwarna kuning bergambar ular melingkar di tengahnya." Ki Demang Srandak menjelaskan.

"Bendera kuning bergambar ular? Apakah itu hasil pengamatanmu sendiri, Ki Demang?"

"Benar, sinuwun", jawab Demang Srandak.

"Hmmm. Nogo Kemuning", desis Ki Ageng Wanabaya singkat.

Mendadak dadanya berdegup kencang. Dia tahu bahwa ciri-ciri perusuh itu mirip seperti kelompok yang pernah dilihatnya saat di Merapi. Dia teringat pada peristiwa di masa lalu, saat berada di Merapi. Di kala itu, dari suatu tempat tersembunyi, kelompok begal itu dilihatnya membantu Baruklinting mematok berbagai pusaka ngideri Merapi, sebelum dia menerima Tombak Sengkelat Kyai Upas. Mereka berpakaian serba hitam, gesit dan tangguh.

"Nogo Kemuning?", tanya Ki Demang Pandak dan Demang Srandak hampir berbarengan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun