***
Menjelang malam, dengan mengendarai motor, Clara bergegas pergi ke tepi sebuah dermaga, dimana Bayu Samudra Bos Gangster itu telah menunggu.
“Apakah kamu telah lama menunggu? “, tanya Clara. Bayu mengangguk. Clara mengeluarkan tumbler dari tasnya. “Minumlah ini, ramuan suplemen secang. Kabarnya kamu sulit tidur. Minuman itu baik untukmu”. Seraya menyodorkan tumbler itu kepada Bayu.
“Kenapa rasanya seperti ini. Tidak enak”, Bayu Samudra mencicipi minuman. Tetapi dia tetap memegang tumbler itu.
“Apa kamu suka menjadi polisi? “, tanya orang nomer satu di organisasi Naga Putih itu kemudian. Clara mengangguk.
“Aku barusan dipindahkan ke Satres Narkoba”.
“Baguslah. Selamat. Kini, berarti pertarungan sesungguhnya telah dimulai”, Ujar Bayu Samudra.
“Ya. Akhirnya aku bisa mencari tahu siapa pemilik senjata api itu. Dan siapa Surya Sindunata yang sekarang atasanku”, kata Clara. “Lalu, akan aku cari tahu, siapa pembunuh ayahku… Aku pasti menemukannya”, imbuhnya.
Lalu Clara bercerita bahwa seandainya ayahnya tidak dibunuh, mereka akan tinggal di tepi pantai. Sekilas Clara teringat lagi pada apa yang dikatakan oleh ayahnya, waktu berjalan bergandeng tangan di tepi pantai:
“Kita akan segera memiliki rumah mewah di tepi pantai. Tentu menyenangkan. Mau tidak?”. “Kapan?”, tanya Jane. “Jika pekerjaan ayah selesai, sebentar lagi”, jawabnya.
“Ayahku dan aku berjanji membangun rumah di tepi pantai dan tinggal di sana. Kami akan punya tempat tidur gantung, memancing dan berenang di laut setiap hari. Seperti orang tanpa beban dan merdeka. Ayahku ingin hidup seperti itu”. Cerita Clara.