Pyarr.! Kaca berantakan.
“Polisi. Jangan bergerak!”, teriak Clara tegas. Semua orang yang ada dalam ruang itu terkejut. Beberapa orang mencoba kabur, bersama barang bukti dan sejumlah uang dalam tas besar. Tempat hiburan itu berubah kacau. Clara memburu target sasaran. Kena. Dia meringkus orang itu, dan mencoba untuk memborgolnya dan menggiring keluar.
“Apa apaan ini, siapa kamu berengsek. Dari satuan mana?”, sergah seorang lelaki muda yang tadi tampak melakukan transaksi bersama orang-orang dalam ruangan itu. Dia menghardik Clara. Dia juga menunjukkan punya borgol di genggaman tangannya.
“Siapa kamu berengsek. Dari satuan mana?”, balik Clara bertanya. Tangannya sibuk meringkus target sasaran yang meronta-ronta mencoba untuk kabur.
“Bripka Magnus Wicaksono dari satuan serse narkoba”, jawab lelaki itu.
“Brigadir Clara Larasati dari satuan serse kriminal”, sergah Clara.
“Kamu mengacaukan keadaan, sudah enam bulan saat ini kami tunggu. Kini berantakan, target utama lolos melarikan diri”, sergah lelaki itu yang ternyata dia polisi yang menyamar.
“Jangan coba halangi. Kami meringkus dia si Didiek Jalu ini di perkara pembunuhan bukan narkoba. Sudah lama target aku pantau”, pungkas Clara. Keduanya bersitegang.
Seseorang menghampiri Clara, menyodorkan telepon seluler. Seseorang berbicara di telepon. Clara mengangguk. “Baik. Siap pak. Baik pak”, jawab Clara pendek. Lalu Clara menyerahkan si tersangka ke lelaki polisi satserse narkoba itu. Lelaki itu menatap Clara pergi meninggalkan lokasi kejadian perkara. Dia merasa kesal operasinya gagal.
“Jangan pernah muncul di hadapanku lagi”, katanya.
Mabes Kepolisian Metropolitan
Clara bergegas menuju ruang bagian Satserse Narkoba. Menurut informasi, hari ini dia dimutasi ke sini, dari satuan sebelumnya Satserse Kriminal.