Ada apa dengan gadis pujaan hatinya itu? apakah aku salah telah mengungkapkan cinta? pikir Kamandaka.Â
***
Senja hari. Desa Ngampel mulai gelap dan sunyi.Â
Kamandaka baru saja tiba dari desa tetangga, tempat paman dan bibinya tinggal. Ia ke sana mengantarkan panenan hasil bumi, untuk membantu paman dan bibinya yang minggu depan hendak mengadakan hajat menikahkan putri tunggal mereka. Saat Kamandaka melintasi batas hutan di tepi sungai, ia terkejut. Dalam remang malam, ia melihat sosok wanita yang tak asing baginya keluar dari dalam hutan. Sekar ayu ! apa yang dilakukan gadis itu malam hari sendirian di dalam hutan ?Â
Kamandaka segera mengejarnya, namun ia tak berhasil menyusul gadis itu. Kamandaka hanya mencium wangi aroma sesajen yang tertinggal di udara di tempat ia melihat Sekar ayu. Sesajen siapakah ini? pikir Kamandaka. Apakah milik Sekar ayu? tiba-tiba ucapan Satemo mengenai Sekar ayu yang bersekutu dengan jin mencuat di benaknya, namun segera ditepisnya praduga tanpa bukti itu.Â
***
"Kamandaka," terdengar sebuah suara lembut menyapa Kamandaka yang tengah membersihkan diri di sawah dengan air.
Kamandaka menoleh dan senyumnya merekah tatkala mengetahui Sekar ayu yang telah memanggilnya.Â
Ia mempersilahkan gadis itu duduk di dangau. Beberapa orang desa yang bekerja mengolah sawahnya berpamitan pulang, hingga hanya ada mereka berdua.Â
"Maafkan atas sikapku tempo hari ya, aku meninggalkanmu begitu saja, "ucap Sekar ayu.Â
"Tak apa, Sekar," sahut Kamandaka memaklumi.Â