Kamandaka nampak terkejut. Lalu Satemo menarik tangannya, menjauh dari suara gamelan yang hingar bingar. Di bawah pohon kelapa, Satemo meneruskan ceritanya. Menurut desas desus yang ia dengar, Sekar ayu mendapatkan keelokan paras wajah dan kepiawaiannya menari dengan cara berkoalisi dengan ratu jin. Sebab itulah Sekar ayu banyak penggemarnya dan selalu menghasilkan uang saweran paling banyak.Â
Kamandaka hanya terdiam mendengar penuturan Satemo.Â
***
Pada akhirnya Kamandaka berhasil berkenalan dengan Sekar ayu. Mereka beberapa kali jalan bersama. Kadang bersama-sama dengan Satemo dan Padmawati, sahabat Sekar ayu yang juga penari. Terkadang mereka berdua saja.Â
Namun Kamandaka bukanlah pemain tunggal, karena selain dirinya, ki demang Wangun dan juragan kain tenun Sumitro juga masuk kancah pertempuran. Pertempuran memenangkan cinta Sekar ayu.Â
Suatu pagi di dangau sawah, Kamandaka tengah bersama Sekar ayu. Di hadapan mereka terhampar  tanaman padi berwarna hijau berbulir biji berwarna kekuningan. Sekawanan burung bangau sawah terbang rendah dan mendarat di tanah sawah. Satwa dengan bulu berwarna putih bersih dan berkaki panjang itu nampak berburu serangga dan katak untuk mengisi perut mereka yang kosong.Â
Sawah ini adalah milik orangtua Kamandaka. Kamandaka yang mengelola, karena ayahnya telah sepuh.Â
"Sekar, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, " ujar Kamandaka pada Sekar ayu. "Aku tak bisa menyimpan lebih lama lagi rasa ini. Aku... mencintaimu."
Sekar ayu tampak terkejut. Sejurus air mukanya berubah. Ada ketakutan terlukis di wajahnya.Â
Dan sekonyong-konyong gadis berambut panjang sepinggang itu bangkit dari duduknya.Â
"Ma...maafkan aku, Daka. Aku harus pergi, " gadis itu berpamitan, lalu beranjak begitu saja meninggalkan Kamandaka yang terheran-heran dengan sikap Sekar ayu.Â