Padmawati terlihat berjalan menghampiri Kamandaka.Â
"Kamandaka, ada yang ingin kukatakan padamu, " sahabat Sekar ayu itu berkata, wajahnya tampak gundah gulana. "Daka, sesungguhnya Sekar ayu adalah gadis yang baik. Namun ia telah bersekutu dengan ratu jin untuk mendapatkan pesona kecantikan dan kekayaan. Tetapi kekayaannya diberikan kepada bapaknya yang berhutang dalam jumlah sangat besar, serta untuk menafkahi adik-adiknya. Keluarga mereka dulu sangat miskin, sebelum Sekar menjadi penari. Sekar lalu menerima syarat dari ratu jin yakni ia akan menjadi penari masyhur dan kaya, tapi ia tak boleh jatuh cinta pada lelaki manapun dan harus menjaga kesuciannya hingga perjanjian mereka selesai. Jika melanggar, maka Sekar ayu akan.... mati."
Padmawati tertunduk dalam.Â
Kamandaka tercekat, kemudian terdiam. Penuturan Padmawati ternyata sama dengan yang pernah dikatakan oleh Satemo dahulu.
Tubuh Kamandaka kini bagai dilolosi tulangnya satu persatu, Â lemas rasanya. Bayangan peristiwa malam itu, di dangau miliknya berkelebat di ingatannya. Malam di mana cinta kasih mereka berpadu.
"Akh, maafkan aku, Sekar ayu...", lirih Kamandaka berujar.
Ia teringat pada kesilapannya malam itu yang ternyata harus ditebus mahal dengan kepergian sang penari untuk selamanya.Â
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H