Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noormah (Bagian Dua)

18 Oktober 2020   04:20 Diperbarui: 18 Oktober 2020   04:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Waktu itu Noormah berdiri di samping Mobil Kontainer yang Bapak parkirkan di pinggir jalan depan rumahnya, kami ngobrol di pinggir jalan, Bapak gak turun dari Mobil."

"Iya, Bapak mencintai Noormah?"

"Iya,"

"Trus setelah itu Bapak pergi meninggalkan Noormah?"

"Iya, dan tiga bulan setelah itu aku hampir gila,"

"Kenapa?"

"Noormah selalu menghantui,"

"Menghantui gimana? Kok bisa?"

"Tiga bulan setelah Bapak menemui Noormah di pinggir jalan depan rumahnya, ada sekitar satu minggu lamanya wajah Noormah selalu muncul di depan kaca Mobil yang tengah Bapak bawa."

"Muncul gimana?"

"Muncul! Wajahnya itu muncul di kaca mobil, tersenyum."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun