Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noormah (Bagian Dua)

18 Oktober 2020   04:20 Diperbarui: 18 Oktober 2020   04:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh iya ya, trus ketemunya lagi di Kampung?"

"Iya, pas orangtua bapak meninggal dunia,"

"Trus,"

"Waktu itu Bapak ke rumah Noormah, dan melihat dia sedang menggendong anak kecil, pas tak tanya, anak siapa? dia jawab, anakku,"

"Bapak. kaget?"

"Iya,"

"Abang kutunggu gak datang-datang, lima tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu, kata Noormah sambil menangis, dia pikir Bapak sudah menikah, makanya dia menikah sama orang kampung,"

"Trus aku? Tanyaku lagi sambil melihat ke arah Noormah yang lagi netein anaknya,"

"Sekarang ada suamiku, tapi nanti jika suatu saat Abang kangen sama aku, pulanglah,"

"Sekarang suamimu dimana?" Tanyaku sama Noormah, "Ada di dalam," jawab Noormah sambil menunjuk ke arah rumahnya."

"Iya,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun