"Akhirnya engkau datang Din, kakak senang melihatnya," terdengar lemah suaranya. Aku anggukkan kepala sambil menangis, aku usap kepalanya dan aku kecup keningnya.
"Maafkan aku dan bapak ya kak," jawabku lirih, perempuan berhati tulus itu hanya tersenyum melihatku menangis di hadapannya.
Perempuan yang aku panggil kakak itu, meraih tangan suaminya yang berdiri tak jauh dari tubuhnya.
Tangan kanan perempuan berhati tulus itu memegang tangan kananku dan  tangan kirinya memegang tangan kanan suaminya, kedua tangan kami disatukan di dadanya.
"Aku mohon menikahlah, demi Putri cantik kita." Bisiknya pelan sambil menatap mata suaminya dan mataku secara bergantian.
Bersambung
ADSN, 170719
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H