“ Terimakasih pak..”
Potongan pisang goreng ini tidak sebesar pisang goreng yang biasa ia makan di kafe, kecil dengan balutan gandum menutupiya, ia mulai memasukkanya ke dalam mulut, lama ia terdiam , seolah sedang merasakan, mengecap dan mencari perbendaharaan kata yang ingin ia ungkapkan, namun untuk sekian lama ia berfiir ia belum mampu menemukan kata apa yang pas untuk mengunggkapkan rasanya.
“Ini pisang jenis apa pak ? tanyanya kemudian
“ Jenis pisang biasa nak..pisang yang saya tanam di halaman depan rumah saya , kebetulan ada 6 pohon dan mateng secara bergantian sehingga saya tidak beli di pasar, hanya mengandalkannya saja dari kebun saya.”
“maaf kalau Kurang enak nak..? maklum pisang kampung “ he he he
“Hmmm …tidak –tidak pak, justru ini pisang goreng yang enak sekali”
Lama ia memadukan sruputan kopi dengan kunyahan daging pisang gorengnya, mengunyahnya perlahan bergantian dengan sruputan perlahan…ada ruang kosong, ruang rasa yang ia benar-benar tidak mampu memahaminya, hanya mengikuti perasaannya merasakan nikmat dan damai yang selama ini baru ia rasakan kembali. Apakah ini makna pencarian kedamaian dan kebahagiaan yang ia cari..? entahlah
Perpaduan manis pisang dengan pahit kopi hitam yang ia nikmati membawanya ke dalam relung kosong yang ia temukan tadi, mengalir dan sampai disuatu tempat kebahagiaan dan kedamaian yang ia rasakan.
Tak terasa dua pisang gorengnya telah melewati proses pencernaanya dan berahir dalam lambung bercampur dengan sedikit demi sedikit nikmat kopi dalam balutan cangkir putih yang mulai menyisakan ampasnya.
##
Ia mulai menarikan jari-jemarinya pada key bord laptopnya kembali, sesekali berhenti sejenak, berfikir dan selanjutnya menulis tanpa henti untuk sekian lamanya.
“Boleh minta tolong tambah lagi secangkir kopi yang sama pak..?” pintanya
“ Ahhh..tentu saja nak..” ucapnya ramah