Ia mulai sibuk dengan laptop hitamnya sesekali memandang beberapa orang yang hilir mudik lewat di depanya, melamun berharap mendapatkan inspirasi untuk selanjutnya menuliskan jalan ceritan melalui tarian jari jemari diatas keybord leptopnya.
Mungkin ia seorang penulis yang selalu menuliskan berbagai hal tetang hidup , kegelisahan hati, atau tentang apa saja yang ingin ditulisnya.
Diminumnya perlahan kopi yang mulai sediit dingin, perlahan ia rasakan dengan seksama, satu dua sruputan ia coba dan seolah ia menikmati kopinya.
“ Ini kopi apa pak ? “ tanyanya
Sambil tersenyum bapak tua itupun menjawab dengan penuh keramahan
“Kopi hitam biasa nak..”
“ kenapa nak ada yang kurang berkenan dari kopi bapak?”
“Hmmmm…” ia melanjutkan sruputanya
“ Nggak pak.kopinya bener-benar nikmat sekali.”.
Dari beberapa kedai kopi yang ia datangi, dari beberapa jenis minuman kopi yang ia coba mulai yang mahal hingga teramat mahal, ia merasakan selama ini kopi-kopi tersebut hanya sebagai teman duduk, memberikan rasa yang wah, namun hampa tanpa terpikirkan akan makna, nikmat tapi ia merasakan hanya sekedar nikmat yang ia paksakan mengikuti gaya hidup bersama teman-teman kantornya.
Kafe. Kedai kopi baginya bukan hal yang baru , malah hampir bisa dipastkan seminggu sekali ia pergi bersama teman kerjanya, mencoba mencari makna hidup dari segelas kopi yang ia minum, namun selama perjalananya belum ia temukan sesuatu yang memikat dan memberikan makna hidup yang berarti , baginya kopi selama ini hanya sekedar kopi biasa , ia bisa membeli kopi semahal apa saja di kafe terkenal di Jakarta.
Namun semuanya bias, semu,,,,, dan kosong tanpa makna
“ Silahkan dicoba juga pisang gorengnya nak, ini pisang goreng buatan istri saya tadi pagi” tawarnya