"Adik sudah kuat untuk puasa? Sampai jam berapa?"
"Kata ustazah, aku disuruh puasa sampe duhur, buka dulu, lalu puasa lagi. Katanya, aku disuruh belajar menahan diri, belajar sabar. Bunda juga sabar, ya. Biar dapat surga, seperti kata ustazah."
Tanpa sadar, lenganku meraih bocah berusia enam tahun itu dalam pelukan. Benar yang dikatakan malaikat kecilku. Aku harus menahan diri, bersabar dan menerima semua ujian dengan ikhlas. Â
Aku tak peduli lagi air mata yang bercucuran membasahi pundaknya. Kini, tekatku hanya satu, mendidik dan membesarkan dia dengan baik. Meskipun harus menderita, bersama ataupun tanpa ayahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H