Waktu berjalan begitu lambat, aku ingin segera menyudahi suasana di sini. Makin lama makin sakit hati ini, entah karena apa. Hanya ingin resign saja dari kantor ini.
Suatu hari, kuberanikan diri menemui Pak Ashari. Niatku hendak resign dengan alasan mengikuti saudara ke Amuntai. Celakanya, Pak Ashari pun pernah tugas di sana hampir tiga tahun.
Semua cerita dan pengalamannya disuguhkan untukku agar berhati-hati dan pandai membawa diri. Menurutnya, itulah modal utama yang harus kubawa jika hendak memasuki suatu kota untuk menetap.
Aku hanya mengangguk dan mengiyakan semua pesannya. Permohonan maaf tak lupa juga kusampaikan jika selama menjadi bawahannya aku banyak melakukan kesalahan. Kemudian aku pamit.
“Terima kasih, ya, Ran, maaf kalo aku nggak bisa mengayomimu, menjadi pemimpin yang baik selama kita bekerja sama di sini.”
“Sama-sama, Pak. Sebaliknya saya juga minta maaf kalo belum bisa membantu Bapak menyelesaikan tugas.”
“Semoga ke depannya kariermu makin bagus. Dan ingat satu hal, I love you. Meskipun aku tak bisa memperjuangkan itu.”
Jleebb!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H