Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hati yang Retak (Tamat)

31 Mei 2020   11:17 Diperbarui: 31 Mei 2020   11:17 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay.com

“Oke, sekarang kamu bisa bilang gitu. Dulu aku pun begitu. Dan setelah sampai sana, Apa yang terjadi, aku berubah total. Lokasi kantor kita dekat dengan diskotik, lokasi mes juga dekat dengan club malam." Pak Ashari memberi gambaran. 

"Aku sudah pernah tinggal di sana Ran, karena aku tahu salatmu rajin. Puasa juga rutin, aku hanya tak sanggup melihat semua itu lenyap. Sama halnya aku menjerumuskan kamu kalau kau di sana." 

"Dan rata-rata memang lelaki yang ditempatkan di sana. Jadi, mohon kamu mengerti. Aku sangat menyayangkan jika kamu harus berangkat. Lebih baik juga di sini. Dekat dengan keluargamu dan teman-teman sekolahmu. Di sana kamu sendiri, dan pasti akan mencari teman.”

Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan yang mendorong untuk menanyakan kabar pernikahannya. Hal ini akan aku kaitkan dengan alasannya melarangku mutasi.

“Lalu, apa artinya saya di sini. Pak Ashari akan menikah ‘kan, Pak?” Seolah tercekik saat aku berusaha melepaskan kalimat itu.

“Oh, masalah itu. Kamu tahu dari mana? Aku memang akan menikah, sudah lama direncanakan, dan entah kapan akan terwujud.” Sambil mendesah ia menunduk.

“Aku sempat berpikir akan meninggalkan tunanganku, karena makin tak jelas hubungan kami. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Calon mertuaku meninggal dan aku harus menikah di hadapan jenazahnya secara siri. Mungkin resminya akan menunggu dua atau tiga bulan lagi. Kamu kecewa?”

Aku mendongakkan kepala, kutatap manik hitam di matanya. Namun, tak sanggup berkata-kata. Sesaat kemudian aku bangkit dari duduk dan hendak ke luar ruangan.

“Ran, maafkan aku.”

“Untuk apa? Toh belum ada komitmen apa-apa di antara kita, meskipun aku tengah berusaha mengobati luka.”

Aku melangkah keluar lalu duduk di kursi dan mulai merapikan berkas yang harus kuselesaikan hari ini. Berharap emosiku tak terpancing dengan kejadian tadi, aku berusaha menghadap komputer seolah terlihat sibuk.

Ilustrasi oleh Pixabay.com
Ilustrasi oleh Pixabay.com
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun